Selasa, 31 Maret 2009

Stimulasi dini pada anak :
Kiat mengembangkan kecerdasan majemuk, kemandirian dan kreativitas




Bapak Ariel dan ibu Lia adalah sebuah contoh keluarga muda yang baru mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun bernama Rio. Sang suami bekerja sampai sore, istri membaktikan dirinya sebagai ibu rumah tangga untuk membesarkan anak terkasihnya. Sebagai orang tua keduanya meyakini bahwa urusan anak adalah tanggung jawab bersama. Pak Ariel tidak melulu hanya pencari nafkah, tapi selepas kerja atau sewaktu libur selalu menyempatkan berinteraksi dengan anak. Sebagai ayah, ia mau meluangkan waktu menjadi teman bermain bagi Rio, sang anak.
Ketika si kecil baru lahir baik pak Ariel dan bu Lia sering mengajak ngobrol bayinya yang masih merah. Ketika disusui oleh ibunya atau ketika ditimang ayahnya, suara ke dua orang tuanya yang merdu sering membuat Rio kecil sampai tertidur. Ketika Rio bisa merangkak dan menjangkau apa saja, pak Ariel dengan sigap menyimpan koleksi keramiknya di gudang, lingkungan rumah dibikin seaman dan senyaman mungkin untuk anaknya bereksplorasi. Ketika usia bertambah, koleksi mainan Rio makin bertambah tapi pak Ariel dan bu Lia selalu memberikan alat permainan edukatif sebagaimana yang dianjurkan pakar perkembangan anak. Terakhir pak Ariel membelikan buku bacaan buat Rio tapi isinya lebih banyak gambar yang berwarna warni karena Rio sangat senang didongengkan oleh kedua orang tuanya. Ketika sekarang Rio sudah usia 3 tahun, sewaktu ia mandi dibiarkan untuk menciduk airnya sendiri, ketika makan ia dipersilahkan menyuapi sendiri walaupun nasinya jadi berantakan kemana-mana. Kalau Rio mau pipis selalu diingatkan untuk bilang pada orang rumah dan diantarkan ke toilet. Saat bersama nonton tivi, selalu yang ditonton adalah tayangan yang pantas, begitu pula ketika minta diputarkan vcd atau dvd. Berhubung dia sudah senang mencoret-coret, disediakan banyak kertas gambar dan crayon untuk menyalurkan ‘hobby’nya itu.
Waktu libur adalah waktu yang menyenangkan bagi Rio, karena orang tuanya acapkali membawanya jalan-jalan dari mulai ke kolam renang, tempat rekreasi, pasar atau mall, kebun binatang, taman safari, bahkan pernah dirinya diajak orang tuanya ke museum dan pameran lukisan di sebuah galeri. Sekali waktu pernah juga Rio diajak melihat pentas seni, dia senangnya nonton band apalagi kalau ada penyanyi cilik idolanya.
Dalam hal yang lain, Rio sering diajak ikut sholat berjamaah bersama kedua orang tua dan pengasuhnya di rumah. Walau sering jalan kesana kemari sewaktu sholat atau kadang-kadang malah tiduran di sajadah, orang tuanya membiarkannya karena yang penting bagi Rio adalah pengenalan ibadah kepada Tuhan.
Untuk mengenalkan kebaikan kepada sesama, orang tua Rio pernah merayakan ulang tahun Rio bersama dengan para anak yatim di sebuah panti asuhan. Di tempat tersebut Rio dengan suka cita membagikan makanan dan kue serta hadiah ulang tahun kepada mereka yang tak berpunya.
Begitulah sekelumit cerita tentang pak Ariel dan bu Lia dalam membesarkan anaknya. Keduanya faham benar selain anak memerlukan gizi yang baik, imunisasi yang selengkap mungkin, sang anak butuh stimulasi sedini mungkin dan tauladan sedini mungkin.


Cerita tadi adalah sebuah ilustrasi untuk menggambarkan sebuah keluarga yang sedang berproses menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab terhadap anaknya. Membicarakan masalah anak selalu menekankan pada dua aspek yaitu aspek pertumbuhan dan aspek perkembangan. Pertumbuhan yang optimal akan mendukung perkembangan anak yang optimal pula. Adalah kewajiban orang tua untuk memfasilitasi tumbuh kembang anaknya secara optimal. Sementara itu adalah hak seorang anak untuk mendapat kesempatan tumbuh kembang secara layak. Karena itu para orang tua diharapkan mengetahui persis kebutuhan anak sejak masih dalam kandungan dan memenuhinya dengan penuh tanggung jawab.

Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan anak?
Pertumbuhan anak terkait dengan peningkatan ukuran tubuh sesuai dengan umurnya. Pengukuran yang sering dipakai sebagai indikator adalah : panjang/ tinggi badan, berat badan dan ukuran lingkar kepala. Banyak faktor yang menentukan pertumbuhan seorang anak baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain : genetik/bawaan (ayah, ibu, nenek, kakek) dan proses selama kehamilan. Sementara itu faktor eksternal antara lain : penyakit, nutrisi (gizi), polusi dan aktivitas fisik.
Pertumbuhan anak mengikuti fase sesuai kronologis umur, ada fase dimana anak bertumbuh dengan cepat kemudian melambat dan kembali tumbuh cepat ketika seorang anak menjelang remaja. Kurva pertumbuhan anak di KMS secara sederhana dan praktis bisa dipakai, tapi pengukuran yang lebih detail biasa dipakai kurva CDC-NCHS yang diakui secara internasional. Ploting pada kurva tesebut dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menilai status pertumbuhan anak.
Pengukuran lingkar kepala anak sampai 1 tahun pertama penting karena berhubungan dengan perkembangan volume otak atau penyakit yang berhubungan dengan otak. Hasil pengukuran lingkar kepala dapat berupa normosefali (ukuran rata-rata normal), makrosefali (lebih besar dari rata-rata ukuran normal) dan mikrosefali (lebih kecil dari ukuran rata-rata normal). Pada anak yang mikrosefali sering berkaitan dengan keterlambatan perkembangan dan keterbelakangan mental. Dengan mengetahui secara dini hal tersebut orang tua diharapkan dapat memberikan perlakuan atau stimulasi sesuai keadaan sang anak.

Lalu apa pula yang dimaksud dengan perkembangan anak ?
Perkembangan seorang anak terkait dengan peningkatan fungsi individu dari berbagai aspek antara lain: sensorik, motorik, kognitif, komunikasi (berbahasa), emosi-sosial, kemandirian, kreativitas, kerjasama/kepemimpinan, etika, budi-pekerti dan moral spiritual. Faktor penentu perkembangan anak dapat berupa faktor internal yaitu faktor genetik dan proses sejak kehamilannya, sementara faktor eksternal antara lain: gizi, penyakit, kualitas pengasuhan/keluarga maupun lingkungan. Kesemua faktor tersebut berperan positif selama kebutuhan dasar perkembangan anak tercukupi.

Apakah kebutuhan dasar untuk proses perkembangan anak ?
Setidaknya ada 3 kebutuhan dasar untuk mengembangkan kecerdasan, kemandirian dan kreativitas pada anak:

  • Kebutuhan fisis-biologis (asuh)
  • Kebutuhan kasih sayang (asih)
  • Kebutuhan stimulasi (asah)
Apa saja kebutuhan fisis-biologis seorang anak ?
Pemberian nutrisi/gizi seimbang, imunisasi dasar yang lengkap, kebersihan badan maupun lingkungan, pengobatan dini, kesempatan berolah raga, bermain/ berekreasi dan sebagainya adalah upaya pemenuhan kebutuhan fisis biologis bagi anak. Pemenuhan kebutuhan fisis bilogis pada anak mempengaruhi kualitas perkembangan anak. Anak dengan gizi buruk sulit untuk menerima stimulasi yang diberikan. Anak yang mempunyai gejala sisa atau sequele dari penyakit radang otak yang pernah dideritanya membuat anak terbelakang/terlambat perkembangannya. Anak yang menderita polio dan lumpuh membuat si anak menjadi terbatas kemampuannya untuk berlatih olah raga dan menari.


Bagaimana memenuhi kebutuhan kasih sayang-emosi
pada anak ?
Pemenuhan kebutuhan kasih sayang dapat dilakukan oleh orang tua dengan antara lain: menciptakan rasa aman/ nyaman/ dilindungi, diperhatikan (minat, keinginan dan pendapat), diberi contoh (bukan dipaksa), dibantu, didorong, dihargai, penuh kegembiraan, dan mengkoreksi bila anak berbuat salah, tapi bukan ancaman atau hukuman. Kondisi seperti ini dapat terpenuhi oleh orang tua yang menjalani pola asuh yang demokratik. Hasil pengasuhan seperti ini diharapkan akan meningkatkan kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas dan kerjasama/kepemimpinan.


Bagaimana penjelasan tentang pentingnya stimulasi pada anak ?
Stimulasi akan merangsang hubungan antara sel otak (sinaps) dimana diketahui milyaran sel otak telah dibentuk sejak janin dalam kandungan (usia kehamilan ibu 6 bulan) tapi belum ada hubungan antara sel otak satu dengan yang lainnya. Dengan dilakukan rangsangan/stimulasi sejak dini, maka terbentuk hubungan di antara sel otak tersebut (sinaps). Makin sering dirangsang makin kuat hubungan tersebut. Makin banyak variasi, hubungan makin kompleks yang merangsang sel otak kiri maupun kanan dan pada akhirnya menghasilkan kecerdasan majemuk, kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.

Apa saja stimulasi yang harus diberikan, bagaimana caranya dan kapankah waktunya ?
Stimulasi diberikan pada seluruh aspek perkembangan anak yaitu sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual.
Cara atau metode stimulasi bermacam-macam, antara lain dengan rangsangan suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, bermain, memecahkan masalah, mencoret-coret, menggambar dsb.
Kegiatan stimulasi tak mengenal waktu karena dilakukan setiap kali berinteraksi dengan anak seperti: waktu makan, memandikan, berganti pakaian, ketika dalam perjalanan, bermain di dalam mobil, nonton tv sebelum tidur dan lain-lain.

Apakah prinsip-prinsip stimulasi yang harus kita ketahui ?
Prinsip stimulasi (perangsangan/ bermain/ latihan) antara lain :

  • Setiap hari dan setiap berinteraksi.
  • Suasana nyaman dan timbulkan rasa aman.
  • Suasana bermain (fun), gembira dan penuh kasih sayang.
  • Tidak tergesa-gesa dan tidak memaksa.
  • Berikan contoh dan dorongan untuk mencoba.
  • Bervariasi sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
  • Beri pujian bila berhasil, sekecil apapun keberhasilannya.
  • Koreksi bila belum bisa dan bukan hukuman.

Apa saja yang mempengaruhi pemberian kasih sayang dan stimulasi pada anak?

Pemberian kasih sayang-emosi dan stimulasi ini terutama dipengaruhi oleh 2 hal yaitu pola pengasuhan keluarga dan karakter si anak. Dikenal 4 macam pola pengasuhan keluarga:
  • Pola asuh demokratik (autoritatif) : orang tua mendidik anak dengan demokratis sehingga dapat menjalankan prinsip stimulasi.
  • Pola asuh diktator (otoriter) : orang tua mendidik anak dengan banyak larangan dan aturan yang kaku, sering menghukum yang dapat menimbulkan child abuse (pencederaan pada anak).
  • Pola asuh permisif : orang tua mendidik dengan aturan yang longgar, cenderung membolehkan semua keinginan anak. Akibatnya anak menjadi manja dan tidak disiplin.
  • Pola asuh tidak peduli’ (cuek) : orang tua tidak mau peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berakibat pada penelantaran anak (neglect). Dari keempat macam pola pengasuhan tadi, pola asuh demokratiklah yang dapat menjalankan prinsip stimulasi dengan benar. Bagaimana pola asuh demokratik itu? Penjelasannya ada pada pembahasan selanjutnya.

Sementara itu secara umum dikenal 3 temparamen anak : easy (penurut), difficult (susah diatur) dan slow to warm up (pemalu). Dengan mempertimbangkan karakter anak, keluarga dihadapkan pada dinamika tiap anak yang berbeda. Tidak masalah dengan anak yang mempunyai karakter easy (penurut), tetapi pada anak yang berkarakter difficult (susah diatur) dibutuhkan ekstra kesabaran, penerapan disiplin yang khusus, pemberian hukuman yang tepat dan menghindari kekerasan fisik maupun psikis pada anak. Pada anak dengan masalah khusus seperti ini orang tua dianjurkan berkonsultasi dengan psikolog anak atau psikiater anak. Demikian pula dengan anak yang slow to warm up (pemalu), orang tua hendaknya tidak bosan mendorong anak untuk berani tampil di muka umum, berkomunikasi aktif dengan orang sekitarnya dan selalu memberikan pujian atas keberanian sekecil apapun. Hindari pelabelan pada anak dengan mengatakan ‘dasar si pemalu, kuper’ dan sebagainya.


Stimulasi apa yang harus orang tua lakukan terhadap sang anak dan sejak kapan dilakukan ?
Stimulasi pada anak harus dilakukan sejak dini bahkan sejak masih dalam kandungan (ingat dengan anjuran untuk mendengarkan alunan musik klasik dan alunan ayat suci yang ditempelkan pada perut ibu yang sedang hamil). Selanjutnya stimulasi dilakukan sesuai umur anak dimulai dengan stimulasi yang sederhana dan makin lama makin kompleks/ beragam. Berikut beberapa tips untuk memandu orang tua menstimulasi sang buah hati.

Stimulasi/ rangsang/ bermain pada umur 0-3 bulan :

Ciptakan rasa nyaman, aman, senang, berikan ASI (tatap matanya), peluk, gendong, cium, gusel, gulingkan, tatap matanya, ajak bicara, ajak tersenyum, bunyikan suara musik, bersenandung ketika sedang menggendong, menggantung benda berwarna-warni dan berbunyi, menggulingkan kanan-kiri serta menengkurapkan.


Stimulasi pada umur 3-6 bulan :
Stimulasi 0-3 bulan ditambah : bermain ciluk ba, melihat wajah di cermin, dirangsang tengkurap-telentang, bolak-balik dan dicoba untuk didudukkan.


Stimulasi pada umur 6-9 bulan :

Stimulasi 3-6 bulan ditambah : memanggil namanya, mengajak bersalaman, mengajak tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk dan berdiri pegangan.


Stimulasi pada umur 9-12 bulan :
Stimulasi umur 6-9 bulan ditambah : mengulang kata seperti mama, papa, kaka, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, melatih berdiri dan jalan berpegangan.

Stimulasi pada umur 12-18 bulan :
Stimulasi umur 9-12 bulan ditambah : mencoret-coret, menyusun kubus/ puzzle, masuk keluarkan benda kecil dari wadah, bermain boneka/ sendok/ piring/ gelas, latih berjalan tanpa pegangan, berjalan mundur, panjat tangga, menendang bola, melepas celana, melakukan perintah sederhana, menunjuk benda yang disebutkan dan menyebutkan nama benda yang ditunjuk.

Stimulasi pada umur 18-24 bulan :
Stimulasi umur 12-18 bulan ditambah : menanyakan/ menyebutkan/ menunjuk bagian tubuh, menanyakan/ menyebutkan nama gambar atau benda, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi, bermain dll), menggambar garis, cuci tangan, memakai celana/ baju, melempar bola dan melompat.

Stimulasi pada umur 2-3 tahun :
Stimulasi umur 18-24 bulan ditambah : menyebut warna yang ditunjuk, menyebutkan kata sifat (besar, kecil dsb), menyebutkan nama teman/ saudara, menghitung jumlah benda, pakai baju, sikat gigi, buang air besar dan kecil di kakus, main kartu/ boneka/ masak-masakan dan berdiri pada satu kaki.

Stimulasi umur > 3 tahun :
Stimulasi umur 2-3 tahun ditambah : memegang pinsil dengan baik, mengenal huruf/ angka sambil bermain, berhitung sederhana, buang air kecil/besar di kakus, mandiri (misal : ditinggal di sekolah), berbagi dengan teman/ saudara.
Semua stimulasi yang dilakukan sejak dini bertujuan untuk merangsang baik bagian otak kiri maupun kanan. Otak kiri dan kanan mempunyai pembagian ‘tugas’ masing-masing. Berdasar penelitian para ahli neurologi diketahui bahwa otak kiri mempunyai tugas/karakter sebagai berikut : konvergen (menyempit) terkait dengan logika matematik, rasionalitas, tata bahasa/ membaca/ menulis.
Sementara otak kanan : divergen (melebar/ meluas) terkait dengan imajinasi, kreativitas seni, musik/menyanyi dan moral spiritual.
Kerjasama otak kanan dan kiri akan mengoptimalkan potensi kecerdasan anak dan menjadikan anak dengan kecerdasan multipel.

Apa sajakah potensi kecerdasan pada anak ?

Ragam potensi kecerdasan anak meliputi 5 hal yaitu:
  1. Potensi spiritual : mampu menghadirkan Tuhan dalam setiap aktifitas, kegemaran beramal di jalan Tuhan, disiplin beribadah, sabar dalam berupaya, berterima kasih/ bersyukur kepada Tuhan.
  2. Potensi perasaan/ emosional : mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat dan berkepribadian yang stabil
  3. Potensi akal : kemampuan berhitung, verbal, spasial, kemampuan membedakan dan membuat daftar prioritas.
  4. Potensi sosial : senang berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain, menolong, berteman, membuat orang lain senang dan dapat bekerja sama (kooperatif).
  5. Potensi jasmani : sehat secara medis, tahan segala cuaca dan tahan berkerja keras (ulet, tahan banting).

Lalu apakah yang dimaksud dengan kecerdasan multipel (majemuk) ?
Selama ini kecerdasaan seorang anak diukur dengan tes intelegensi yang dibuat oleh pakar psikologi seperti Wechsler dan Stanford–Binet. Keduanya telah menciptakan perangkat pengukuran kecerdasaan yang hasilnya dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient). Hanya saja tes tersebut cuma mengukur kemampuan anak di bidang matematika, logika dan verbal linguistik sesuai umur kronologisnya. Hasil tes tersebut terkesan diskriminatif dan membagi seorang anak dalam 3 golongan : cerdas, rata-rata dan ‘bodoh’ (dibawah rata-rata). Paradigma bahwa kecerdasan seorang anak dilihat dengan melihat hasil tes IQ berlangsung cukup lama dan diterapkan juga pada praktik pengajaran di sekolah. Sekolah formal lebih mementingkan pelajaran yang mengandalkan kecerdasan matematis dan verbal saja seperti matematika, ilmu pengetahuan alam (kimia, fiska, biologi) dan bahasa.
Pakar psikologi Dr.Howard Gardner mengubah perspektif mengenai kecerdasan. Menurut beliau kecerdasan tidak lagi hanya kemampuan menghitung (kecerdasan logika-matematika) dan menggunakan bahasa (kecerdasan linguistik) tapi juga mencakup aspek-aspek yang lain. Ada 9 aspek atau dimensi kecerdasan seseorang yang dikenal sebagai kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yaitu :

  1. Kecerdasan berbahasa verbal (verbal-linguistic)
  2. Kecerdasan logika-matematik (logical-mathematical
  3. Kecerdasan visual spasial (visual-spatial).
  4. Kecerdasan gerak tubuh (bodily-kinesthetic).
  5. Kecerdasan musikal (musical).
  6. Kecerdasan intrapersonal.
  7. Kecerdasan relasi interpersonal.
  8. Kecerdasan naturalis (naturalist).
  9. Kecerdasan spiritual.

Bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk?
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk untuk mengembangkan kecerdasan majemuk tsb. Tugas orang tua adalah sedapat mungkin mengembangkan secara dini semua aspek kecerdasan. Sangat mungkin seorang anak tidak menonjol pada seluruh aspek, tapi setidaknya orang tua telah memfasilitasinya. Selanjutnya kita sebagai orang tua mengetahui sang anak berbakat atau menonjol pada bidang tertentu dan kurang menonjol pada bidang yang lain. Sebagai orang tua kita harus bijak menyikapi dan tidak memaksakan keinginan. Anak harus diberikan kesempatan berkembang sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimiliki. Seorang yang jago berbahasa asing sama baiknya dengan dengan yang jago matematik atau fisika. Anak yang jago menyanyi bisa menjadi penyanyi profesional, anak yang jago musik bisa menjadi pemusik profesional, jago olah raga bisa menjadi olahragawan profesional. Sementara anak yang jago menggambar bisa menjadi pelukis terkenal atau ahli desain grafis yang bayarannya mahal. Anak yang pandai bergaul (memiliki kecerdasan interpersonal) bisa jadi kelak dia menjadi politisi yang ulung atau pebisnis yang tangguh. Anak cerdas atau pintar jangan selalu diukur dari kepintarannya di bidang matematik atau berhitung saja. IQ tak menjadi satu-satunya patokan kesuksesan hidup anak!
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan 9 aspek kecerdasan tadi.

Kecerdasan berbahasa verbal ( verbal linguistic).
Kemampuan untuk menggunakan bahasa secara efektif, mengerti kata-kata serta nuansa makna kata. Banyak orang besar dan tokoh dunia yang punya kelebihan dalam aspek kecerdasan ini. Contoh : Oprah Winfrey, Jhon F Kennedy, bung Karno, Aa Gym, Zainudin MZ dll.

Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Berkomunikasi dengan anak sejak bayi dan sering diajak bercakap-cakap.
  • Membiasakan bercerita atau mendongeng dalam keluarga.
  • Menyediakan buku bacaan sesuai umur anak.
  • Merangsang anak menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya.
  • Bermain permainan kata-kata seperti scrabble.
  • Jangan memotong cerita anak.
  • Menyanyikan lagu dan membahas isi syair lagu.
  • Memberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan atau tulisan ( misal : kursus/les bahasa)

Bidang kerja : menulis, editing, menerjemahkan, penulisan naskah pidato, mc/ host acara, presenter, penceramah/ dai dsb.

Kecerdasan logika matematik (logical mathematical).
Kemampuan dalam bidang sains, memecahkan masalah secara logis terutama dalam matematik (berhitung). Contoh tokoh yang menonjol dalam bidang ini antara lain: Aristoteles, Isac Newton, Rene Descartes, Habibie dll.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Mengelompokkan benda-benda atau mainan.
  • Menyusun, merangkai dan menghitung mainan.
  • Bermain ular tangga, halma atau congklak.
  • Bermain sempoa, catur dan kartu (kuartet).
  • Bermain tebak-tebakan dan merangkai puzzle.
  • Bermain monopoli dan game komputer.
  • Mengerjakan tugas-tugas matematik.
  • Berlatih berhitung dengan memanfaatkan benda di lingkungan sekitar.
  • Melatih anak untuk menabung dan mengelola keuangannya sendiri.
  • Membayar sendiri barang yang dibelinya dan menghitung uang kembalian.

Bidang kerja : ahli sains, peneliti, dokter, ahli matematik/ statistik, bisnis dsb.

Kecerdasan visual spasial (visual spatial).
Kamampuan untuk menemukan lokasi (jalan, tempat), memperkirakan hubungan antar benda dalam ruangan, mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat dan membayangkan serta memanipulasi obyek visual di dalam benaknya.
Darwis Triadi yang fotografer, Basuki Abdullah yang pelukis atau Nyoman Nuarta yang pematung adalah beberapa contoh orang yang dianugrahi kecerdasan visual spasial.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Mengamati gambar/ foto dengan mengajak anak ke pameran lukisan atau foto.
  • Merangkai dan membongkar lego.
  • Menggunting, melipat, menempel dan merobek.
  • Memberi kesempatan mengekspresikan diri melalui menggambar.
  • Mengenal pola dan bentuk dengan memperhatikan benda di dalam rumah dan sekitar lingkungan rumah.
  • Bermain rumah-rumahan.
  • Bermain halma, puzzle dan game komputer.

Bidang kerja : arsitektur, pelukis, fotografer, pematung, pengrajin seni, navigator, planologi kota, desain furniture dsb.

Keterampilan/ kecerdasan gerak tubuh (bodily-kinesthetic).
Kemampuan untuk bergerak dengan ketepatan (presisi) dan menggunakan keterampilan tubuh. Orang-orang semacam David Beckham, Michael Schumaher, Rudi Hartono, Vicky Burki, Bagong Kusudiardjo adalah contoh mereka yang dianugerahi keterampilan gerak tubuh yang menonjol.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Membuat lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak bereksplorasi.
  • Berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis.
  • Berlari, melompat, melempar dan menangkap.
  • Memberikan kesempatan anak untuk melakukan pekerjaan sederhana sesuai umurnya.
  • Mengajak bermain anak, jalan jalan pagi atau sore hari.
  • Memberikan kebebasan bergerak pada tempat atau lapang yang luas.
  • Berlatih senam, menari, olah raga permainan dan bela diri.
  • Bila anak tampil dalam pentas seni atau bertanding olah raga atau kesenian sempatkan menontonnya dan selalu memujinya paling tidak atas keberaniannya tampil di muka umum.

Kecerdasan musikal (musical)
Kemampuan untuk memahami/ menciptakan musik dan memiliki apresiasi terhadap musik. Mozart, Beethoven, Mariah Carey, Idris Sardi dan Erwin Gutawa adalah contoh mereka yang punya kecerdasan musikal dan menjadi besar karena keahliannya tersebut.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Menyediakan alat mainan yang berbunyi.
  • Orang tua bersenandung ketika anak ada di pangkuan.
  • Mendengarkan musik dan lagu yang bervariasi.
  • Mengajak anak menonton pertunjukan musik, baik di televisi atau langsung.
  • Menyanyikan lagu, mengikuti irama dan nada
  • Memberi kesempatan berlatih olah vokal dan alat musik (gitar, piano, biola, marching band dsb).
  • Jika ada kesempatan tampil bermusik atau bernyanyi, berikan dorongan dan pujian.

Bidang kerja : penyanyi, pemusik, pencipta lagu, komposer, konduktor dsb.

Kecerdasan interpersonal
Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu mengenali perilaku orang lain dengan jeli. Tokoh masyarakat seperti Prof Dr. Dadang Hawari, Ali Alatas (diplomat kawakan, mantan Menlu), kak Seto Mulyadi, WS Rendra, Jeffry Al Buchori adalah contoh mereka yang punya kecerdasan interpersonal.

Upaya untuk mengembangkannya antara lain :

  • Bermain dengan anak yang lebih muda maupun yang lebih tua.
  • Saling berbagi kue/makanan dengan teman atau saudaranya.
  • Mengalah dan meminjamkan mainan.
  • Bekerjasama membuat sesuatu (kerja kelompok).
  • Permainan mengendalikan diri (seperti ‘petak umpet’)
  • Mengenali anggota keluarga dan teman-temannya.
  • Mengenalkan berbagai suku, budaya, adat istiadat dan agama
  • Orang tua mengungkapkan rasa sayangnya secara terbuka.
  • Membiasakan anak untuk bertemu dengan banyak orang dan mendorongnya untuk berani berinteraksi dengan orang lain.
  • Melatih diri untuk berpisah tanpa rasa cemas (misal : ketika anak mulai bersekolah di TK/SD)

Kecerdasan intrapersonal
Kemampuan untuk memahami dirinya sendiri, keberadaan dirinya dan mengenali perasaan, motif/ dorongan yang dimiliki pribadi.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain:

  • Orang tua menimang bayinya dengan lembut.
  • Memberikan pujian, tepuk tangan dan sorakan untuk setiap keberhasilan sekecil apapun.
  • Menghargai perasaan anak dan memperlakukannya sebagai pribadi yang utuh.
  • Menyalurkan ungkapan perasaannya secara tepat.
  • Menceritakan perasaan, keinginan dan cita-cita.
  • Menceritakan pengalaman yang berkesan.
  • Berkhayal, mengarang cerita atau membuat catatan harian (diary)
  • Memberi kesempatan anak bertukar pikiran sesuai kapasitasnya.

Bidang kerja : konselor, psikiater, pemimpin agama/ rohaniawan dsb.

Kecerdasan naturalis
Kemampuan untuk membedakan spesies baik flora maupun fauna di alam raya, mengenal dan memahami alam lingkungan.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain:

  • Menanam biji hingga tumbuh dan mengamati setiap tahapannya.
  • Berkebun, memelihara tanaman atau hewan.
  • Berwisata di hutan, gunung, sungai atau pantai.
  • Mengunjungi taman safari/kebun binatang dan kebun raya.
  • Mengamati langit, awan, bulan, bintang dan mengunjungi observatorium.
  • Membahas kejadian–kejadian alam: hujan, angin, banjir, gunung meletus, gempa bumi, siang, malam dll.

Bidang kerja : berburu, penjelajah, ahli biologi, berternak, berkebun/ bertani dsb.

Kecerdasan spiritual.
Kepekaan anak memahami keberadaan dirinya dan relasi dirinya dengan Tuhannya. Menyadari bahwa hidupnya bagian dari rencana Tuhan untuk kebaikan seluruh umat-Nya dan kemuliaan Tuhan.
Upaya untuk mengembangkannya antara lain:

  • Biarkan anak melihat orang tua melakukan ritual agama (ibadah).
  • Mengajak anak ikut beribadah.
  • Biarkan anak menyaksikan kedekatan hubungan orang tua dengan Tuhan.
  • Membiasakan ibadah bersama dalam keluarga.
  • Membiasakan anak ikut dalam kegiatan amal sosial (berzakat, sedekah atau menyantuni kaum duafa).
  • Melatih anak membangun komunikasi personal dengan Tuhan. Kecerdasan spiritual selayaknya dimiliki oleh setiap individu dengan berbagai profesi yang ditekuninya.

Selain berbagai kecerdasan tadi, anak diharapkan mempunyai sifat mandiri dan kreatif. Dengan begitu anak akan menjadi individu yang matang dan siap menjalani kehidupan yang kian hari kian kompetitif dan penuh dengan tantangan.

Bagaimana mengembangkan kemandirian dan kreativitas anak? Apa hubungannya dengan pola asuh demokratik ?
Orang tua lagi-lagi sejak dini sudah mendorong/merangsang anak untuk mandiri dan kreatif. Hal tersebut hanya bisa dipenuhi bila orang tua mempunyai pola asuh demokratik (otoritatif) dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Mau mendengarkan dan menghargai pikiran anak.
  • Mendorong anak berani mengemukakan pendapat dan tidak melecehkan pendapat anak.
  • Tidak memotong pembicaraan anak.
  • Tidak memaksa, jauhi pandangan bahwa pendapat orang tua adalah paling benar.
  • Tidak mengancam atau selalu menghukum: berikan koreksi, berikan contoh dan ajak berfikir serta bukan ‘mendikte’.
  • Biarkan mereka memperbaiki pendapatnya.
  • Mendorong keberanian, mengekpresikan ide/gagasan untuk melakukan sesuatu.
  • Mendorong kemandirian untuk melakukan atau mencoba sesuatu, menghargai usaha yang telah dicapai.
  • Memberikan pujian untuk prestasi sekecil apapun.
  • Merangsang mengamati/ mempertanyakan benda/ kejadian di sekeliling.
  • Jangan menolak atau menghentikan rasa ingin tahu anak.
  • Biarkan anak berkhayal, merenung, mewujudkan gagasan dengan cara masing-masing.
  • Jangan melarang tanpa alasan, mendikte, mencela, mengecam atau membatasi anak.
  • Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan, pujian untuk menyatakan atau mencoba gagasannya, selama tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.


Dapatkah kita mengenali ciri-ciri anak cerdas dan kreatif ?

Kita dapat mengenali anak cerdas dan kreatif dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut :

  • Wajahnya cerah dan berfisik dinamis : anak selalu cerah, tidak kelihatan murung, stress atau dingin dalam bergaul. Anak mirip olahragawan atau atlit.
  • Berminat luas dari mulai musik, mata pelajaran, politik, olah raga dsb : anak tidak hanya pandai dalam mata pelajaran tapi juga ‘jago’ menyanyi, olah raga, senang diskusi politik, seni dan minat-minat lain. Istilah anak muda sekarang menjadi anak yang ‘gaul’ (dalam arti positif).
  • Sering bertanya yang berbobot : pertanyaan anak seperti ini sering merepotkan guru ataupun orang tua dan jarang direspon dengan hal-hal yang bisa dikembangkan lebih baik. Televisi, koran, majalah dan internet adalah hal yang sudah familiar pada anak seperti ini.
  • Selalu ingin tahu atau mendapat penjelasan yang logis/ilmiah : jawaban yang ‘asal’ atau biasa-bisa saja dari orang tua atau guru tidak memuaskan si anak.
  • Tidak berbatas tembok status : bertanya/berdiskusi dengan guru atau orang yang lebih tua tidak canggung bagi anak yang kreatif.
  • Berani mengambil resiko : gembira bila tindakan benar dan terus bangkit bila salah.
  • Mempunyai banyak alternatif untuk mencari solusi : anak dikenal sebagai ‘si banyak akal’.
  • Tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna : hasil pekerjaan yang tidak optimal membuat si anak bertanya kenapa dan berusaha memperbaikinya agar sempurna.
  • Berani tampil beda : kegemaran untuk berbeda dengan anak lain atau membuat sesuatu menjadi berbeda.
  • Senang menggali pengetahuan : tidak terbatasnya sumber pengetahuan membuat anak giat menggali sumber pengetahuan yang ada.
  • Mempunyai gagasan orisinal : gagasan yang baru dan tidak terduga merupakan ciri anak yang kreatif.
Faktor apa yang terpenting dalam proses tumbuh kembang anak ?
Semua kebutuhan dasar sama pentingnya baik kebutuhan fisik biologik (asuh), kebutuhan emosi-kasih saying (asih) dan kebutuhan stimulasi/rangsangan/bermain (asah). Ketiga kebutuhan dasar tersebut saling mendukung dan mempengaruhi. Jika salah satu tidak tercukupi maka anak tidak dapat tumbuh kembang dengan optimal, tidak cerdas dan kreatif. Selayaknya orang tua mau dan mampu memenuhi ketiga kebutuhan dasar anak demi pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Siapakah orang tua yang tak menghendaki anaknya bertakwa, sehat, cerdas, mandiri dan kreatif.
Hanya saja tetap diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, ada yang menonjol dalam kemampuan/kecerdasan tertentu tetapi kurang menonjol pada bidang lain.
Ada anak yang mudah diajak bekerja sama tapi ada pula yang sulit. Yang penting kita sebagai orang tua mengajak anak agar mereka menekuni apa yang mereka kuasai atau mencoba bidang yang kurang mereka kuasai dengan rasa senang. Untuk bidang yang kurang dikuasai bukan menjadikan mereka ‘ahli’ tapi setidaknya untuk mencapai kecerdasan yang minimal. Untuk kecerdasan yang mereka kuasai dengan baik, hendaknya orang tua memberikan saluran yang memungkinkan anak mengembangkan kecerdasan tersebut secara maksimal.
Selain itu harus difahami bahwa kecerdasan tidak berdiri sendiri, contoh: anak yang cerdas dalam bidang musikal, membutuhkan keterampilan bodily kinesthetic yang menunjang untuk memainkan alat musik, tapi bila keterampilan motorik halusnya terbatas, cukuplah dia menekuni kegiatan menyanyi. Seorang pilot atau penerbang, adalah pribadi yang punya kecerdasan bodily kinesthetic disertai kecerdasan yang lain seperti kecerdasan logika-matematik, verbal linguistik, visual spasial dan tentunya juga mempunyai kecerdasan interpersonal karena seorang pilot akan berhubungan dengan orang lain seperti mekanik pesawat, pramugari, petugas air traffic control dsb. Lalu kalau seorang Erwin Gutawa atau Purwacaraka yang insinyur tapi juga jago di musik, kecerdasan apa sajakah yang keduanya miliki?

Terakhir, apa yang harus selalu diingat orang tua menyangkut tumbuh kembang seorang anak ?
Tiada lain, bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Mereka bukan individu yang sama persis dengan orang tuanya, saudaranya (sekalipun kembar) atau mungkin temannya. Dengan mengingat hal ini orang tua tidak bisa lain memfasilitasi anak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing Dengan mengenal sejak dini potensi atau bakat sang anak, maka anak akan menjadi individu yang berarti bagi dirinya dan orang lain.

Selamat membesarkan buah hati kita dan untuk menggugah kita semua selaku orang tua, simaklah puisi bijak tentang anak berikut ini :


Anak-anak belajar dari apa yang mereka alami...

Jika anak dibesarkan dengan celaan

ia belajar menghina

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan

ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan

ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan

ia belajar menyalahi diri sendiri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi

ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan

ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian

ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan (fairness)

ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman

ia belajar kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan

ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan

ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

(Dorothy Law Nolte,1982)

Sindrom Nefrotik : penyakit ginjal ‘bocor’


Kiko, usia 6 tahun, murid kelas 1 SD, belakangan diperhatikan oleh ibunya bengkak pada ke dua kelopak mata terutama sehabis bangun tidur. Kiko juga agak kesulitan ketika memasukkan kaus kaki dan memakai sepatu, seakan-akan kaus kaki dan sepatunya menjadi kesempitan. Sewaktu diperhatikan lebih seksama, ternyata tungkai bawah Kiki juga ikut bengkak. Wah kenapa anak saya kok bengkak-bengkak seperti ini, demikan ibunya Kiko membatin. Segera saja Kiko dibawa ke dokter anaknya. Dokter mewawancarai ibunya Kiko dan Kiko sendiri perihal sakitnya itu. Setelah Kiko diperiksa, dokter selanjutnya menganjurkan pemeriksaan darah dan urine. Kiko nampaknya terkena penyakit ginjal, bu, demikian dokternya menduga.
Ketika hasil labnya sudah ada, maka didapatkan protein yang cukup banyak di urine (proteinuria positif 3), albumin darah yang menurun tapi kolesterol darah meningkat. Melihat hasil labnya yang demikian dan gejala klinis yang ada, maka Kiko didiagnosa oleh dokternya sebagai sindrom nefrotik atau dikenal awam sebagai penyakit ginjal bocor. Kiko akan mendapat pengobatan setiap hari selama 1 bulan dengan prednison dan selanjutnya akan diulang pemeriksaan urinenya. Bila responnya bagus dengan tidak ditemukannnya lagi protein di urine, maka Kiko melanjutkan pengobatan prednison selang 2 hari selama 4 minggu berikutnya. Bila responnya bagus, obat distop tapi Kiko harus tetap kontrol rutin untuk menjaga kemungkinan kambuh (relaps). Ibu mencurigai kambuh bila Kiko kembali timbul bengkak pada kelopak mata atau tungkai bawahnya. Demikianlah dokter menjelaskan kepada ibunya Kiko...

Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang cukup sering dialami pada masa kanak-kanak. Penyakit yang diketahui setelah anak tiba-tiba bengkak yang dimulai dari kelopak mata, muka, perut sampai tungkai membuat orang tua cemas, apalagi setelah diketahui penyebabnya adalah kelainan di ginjal. Umumnya SN dapat disembuhkan dengan pengobatan kortikosteroid seperti prednison selama 2-3 bulan. Hanya saja yang orang tua perlu waspadai adalah kemungkinan kambuh (relaps). Karenanya anak yang dinyatakan sembuh setelah pengobatan, bisa dikatakan bersifat sementara (remisi) sampai terbukti setelah pemantauan selama 1 tahun ternyata tidak kambuh. Untuk itu anak pasca pengobatan, anak harus terus kontrol untuk pemantauan kemungkinan relaps. Pemeriksaan yang rutin dilakukan setiap kontrol adalah pemeriksaan urine untuk melihat ada tidaknya protein dalam urine (proteinuria).

Apa yang dimaksud dengan penyakit Sindrom Nefrotik ?
Sindrom nefrotik (selanjutnya disebut dengan SN) adalah salah satu penyakit ginjal dengan kumpulan gejala atau sindrom klinis antara lain : adanya protein dalam urin (proteinuria), penurunan kadar albumin dalam darah (hipoalbuminemia), peningkatan kadar kolesterol darah (hiperkolesterolemia) dan lipid dalam darah (hiperlipidemia) dan pembengkakan tubuh (edema). Selain gejala tadi, dapat juga ditemukan anak dengan buang air kecil berkurang dan berdarah, tekanan darah yang meninggi dan gangguan fungsi ginjal.
Penyakit ini banyak dialami anak pada usia 2 tahun sampai 6 tahun. Secara umum berdasarkan pemeriksaan patologi jaringan ada 2 pembagian SN yaitu SN dengan kelainan minimal dan SN bukan kelainan minimal. SN dengan kelainan minimal adalah yang paling banyak ditemukan dan mempuyai harapan kesembuhan (prognosis) yang baik dengan obat kortikosteroid yang diberikan.

Apakah penyebab sindrom nefrotik ?
Sebagian besar (sekitar 80%) SN tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Sindrom nefrotik dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana ada reaksi antigen antibodi di dalam organ ginjal sendiri, sehingga pengobatannya dengan memberi obat penekan sistim imun (imunosupresan). Sindrom nefrotik dapat terjadi karena kelainan di ginjal sendiri dikenal sebagai sindrom nefrotik primer, tapi dapat juga bagian dari penyakit sistemik lain atau berhubungan dengan obat, alergen, toksin (racun) dll dikenal sebagai sindrom nefrotik sekunder.

Mengapa timbul kelainan seperti proteinuria, edema dsb pada anak dengan sindrom nefrotik ?
Keluarnya protein terutama albumin lewat urine terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal tepatnya di glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau ‘bocor’. Akibat dari banyak protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar albumin dalam darah menjadi turun (hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia terjadi juga karena adanya peningkatan pemecahan (katabolisme) protein di ginjal yang tidak diimbangi pembuatan albumin di hati. Kolesterol dan lemak darah meningkat terjadi karena hati banyak mensitesis keduanya. Edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik dalam pembuluh darah yang menyebabkan cairan merembes ke jaringan sekitar. Penurunan tekanan onkotik disebabkan oleh turunnya kadar albumin dalam darah.

Gejala apa saja yang dapat kita lihat pada anak dengan sindrom nefrotik ?
Gejala utama yang cepat diketahui oleh orang tua adalah bengkak atau edema, yang pertama terlihat adalah bengkak pada kedua kelopak mata yang kemudian menyeluruh ke beberapa bagian tubuh seperti pinggang, perut, skrotum (kantong zakar), bibir vagina dan tungkai bawah. Pada pemeriksaan fisis, bengkak pada anak SN dikenal dengan istilah pitting edema, artinya bengkak tersebut kalau ditekan tidak lekas kembali. Bila sudah menyeluruh bengkaknya biasa disebut sebagai edema anasarka. Berat badan mendadak meningkat tapi anak sendiri mengalami penurunan nafsu makan (anoreksia).
Bengkak pada mata akan semakin nyata bila anak habis tidur dan bengkak pada tungkai semakin jelas kalau habis berdiri. Akibat bengkak yang sudah menyeluruh, maka anak merasakan kesempitan kalau memakai baju, kaos kaki atau sepatu. Selain itu anak dapat merasa sesak karena adanya penumpukan cairan di paru (efusi pleura) maupun perut yang tegang (distensi abdomen) akibat penumpukan cairan di rongga perut atau asites.
Gejala lainnya adalah gangguan saluran cerna misal diare dan nyeri di perut (seperti akut abdomen). Pada sistim pernafasan anak akan merasa sesak karena efusi pleura, selain karena distensi abdomen akibat asites tadi. Setelah timbul semua gejala tadi, dapat saja anak mengalami gangguan psikososial baik akibat anggapan beratnya penyakit maupun dampak dari kekhawatiran orang tua apakah penyakit anaknya dapat tersembuhkan atau tidak.


Apa komplikasi yang timbul pada anak dengan sindrom nefrotik ?

Komplikasi yang terjadi dapat terjadi akibat penyakitnya sendiri maupun karena pengobatannya. Adapun komplikasi yang dapat timbul antara lain : kelainan pembekuan darah dan trombosis, syok, perubahan hormon dan mineral, pertumbuhan abnormal dan gangguan nutrisi, infeksi misal : tuberkulosis, peritonitis, infeksi kulit serta anemia.

Bagaimana pengobatan sindrom nefrotik pada anak ?
Anak dengan edema anasarka, syok dan ada komplikasi infeksi berat seperti peritonitis, selulitis luas, pneumonia dan sepsis harus dirawat di rumah sakit. Pada anak yang baru menderita SN dipertimbangkan untuk dirawat di RS untuk pemantauan klinis lebih lanjut. Prinsip tatalaksana SN adalah : anak harus bed rest (tirah baring), diet rendah garam (1 gram/hari), tingggi protein (2 gram/kg berat badan/hari) dengan kalori sesuai umur dan pengaturan cairan (balans cairan). Adakalanya anak diberikan obat diuretik atau plasma untuk mengurangi edemanya. Albumin atau plasma diberikan juga untuk anak yang syok karena komplikasi SN ini.
Untuk obatan-obatan diberikan obat kortikosteroid berupa prednison dengan dosis 60 mg/m2 permukaan tubuh per hari selama 4 minggu (full dose), bila respon pengobatan pada minggu ke 4 baik dan timbul remisi dilanjutkan dengan dosis intermiten atau alternating dose (selang 2 hari) dengan dosis 40 mg/m2 luas permukaan tubuh selama 4 minggu berikutnya. Bila remisi baru pada bulan ke 2, maka dosis intermitten diperpanjang menjadi 8 minggu (total dengan terapi awal yang full dose menjadi 12 minggu). Remisi adalah tidak adanya protein dalam urine selama 3 hari pemeriksaan berturut-turut disamping hilangnya gejala klinis yang lain seperti bengkak (edema). Remisi yang timbul setelah pemakaian kortikosteroid menandakan SN yang sensitif steroid.

Apakah penyakit SN dapat kembali kambuh ?
SN adalah penyakit yang relatif mudah kembali kambuh (relaps) dan inilah alasan kenapa seorang penderita SN yang selesai menjalani pengobatan (8-12 bulan) harus secara berkala kontrol dengan selalu memeriksakan urinenya. Atau diingatkan kepada orang tuanya, kapanpun anak kembali bengkak-bengkak segera anak dibawa berobat ke dokter untuk diperiksakan lebih lanjut.
Seorang anak yang mengalami relaps atau kambuh kembali mendapat prednison dengan dosis penuh 60 mg/m2 luas permukaan tubuh selama 2 minggu (inisial) bila remisi (dibuktikan 3 kali berturut turut protein urine negatif), dilanjutkan dengan dosis intermiten (selang seling setiap 2 hari) 40 mg/m2 permukaan tubuh selama 4 minggu. Bila 2 minggu belum remisi, pengobatan full dose dilanjutkan sampai 4 minggu, baru dilanjutkan dengan dosis intermiten selama 4 minggu (selang seling tiap 2 hari). Setelah itu kembali diperiksa protein urine selama 3 hari berturut-turut untuk meyakini apakah sudah remisi.
Untuk mereka yang sudah menyelesaikan jadwal pengobatan, diminta untuk melakukan pemeriksaan urin secara berkala. Bila setelah 2 minggu obat distop, anak kembali relaps (kambuh) yang ditandai pemeriksaan protein urin kembali positif, maka anak tsb digolongkan sebagai dependen steroid (ketergantungan steroid). Keadaan seperti ini merepotkan karena anak akan menggunakan prednison lebih lama dengan segala efek sampingnya seperti hipertensi, obesitas, striae di kulit, gula darah yang meningkat (hiperglikemia), gangguan pertumbuhan, osteoporosis, muka cusingoid (wajah ‘rembulan’, moon face) dll.
Pada beberapa kasus, SN tidak berespon dengan pemberian kortikosteroid (prednison) atau dikenal sebagai resisten steroid. Disepakati kalau sampai 8-12 minggu pemberian kortikosteroid tidak ada respon, maka digolongkan sebagai resisten steroid. Untuk yang seperti ini maka pasien diberikan alternatif pengobatan seperti dengan siklofosfamid, klorambusil atau siklosporin. Obat-obat yang terakhir hargannya jauh lebih mahal daripada prednison

Bagaimana menghitung luas permukaan tubuh (LPB) untk menentukan dosis obat ?
Ada rumus yang bisa dipakai : LPB (dalam m2) adalah akar dari [BB (berat badan dalam kg) x TB (tinggi badan dalam cm) /3600] . Misal anak usia 3 tahun dengan berat badan14 kg, tinggi badan 95 cm, maka luas permukaan badannya adalah akar dari [14 x 95/3600] = 0,61 m2. Untuk itu untuk tahap awal (full dose, 60 mg/m2 luas permukaan tubuh) anak membutuhkan 0,6 x 60 mg = 36 mg prednison, berarti dalam 1 hari anak harus meminum obat prednison (5 mg/tablet) paling tidak 7 tablet sehari, dapat dibagi 3 dosis dengan pola 3-2-2 : pagi 3 tablet, siang 2 tablet dan sore 2 tablet. Obat dengan dosis tsb diminum selama 4 minggu, bila respon pengobatan baik (remisi), maka dilanjutkan dengan pengobatan alternating dose (selang 2 hari) 40 mg/m2 luas permukaan tubuh. Untuk melanjutkan ke fase lanjutan ini berarti butuh 24 mg prednison (kurang lebih 5 tablet) yang diminum selang 2 hari, misal setiap senin, rabu dan jumat dengan dosis 2-2-1. Obat prednison diminum dalam keadaan lambung penuh terisi makanan, karena bila lambung kosong akan terasa nyeri pada lambung.
Menjadi masalah tersendiri bagi orang tua, untuk memotivasi anak mau minum obat seperti prednison yang terkenal pahit dalam jumlah yang relatif banyak secara teratur setiap hari selama 1 bulan.

Jadi apa yang harus diperhatikan dalam pengobatan anak dengan SN ?

  • Pengobatan SN membutuhkan waktu lama dan keteraturan meminum obat sesuai ‘protokol’ yang ditetapkan.
  • Kortikosteroid (prednison) yang diberikan relatif dalam jumlah yang banyak dan harus diawasi kemungkinan efek samping obat.
  • Penyakit SN mempunyai potensi kekambuhan atau relaps yang cukup sering, sehingga anak membutuhkan terapi dengan kortikosteroid kembali atau menggunakan alternatif pengobatan yang lain. Karenanya kesembuhan setelah menggunakan steroid selama 8-12 minggu dianggap sembuh sementara atau remisi.
  • Setiap anak yang selesai menjalani pengobatan SN harus melakukan kontrol secara teratur dengan selalu memeriksa urinenya untuk mengantisipasi kemungkinan kambuh (relaps). Awalnya anak kontrol setiap minggu, kemudian setiap 2 minggu dan akhirnya setiap bulan atau setiap ada keluhan. Anak yang pernah SN perlu dipantau selama setidaknya 1 tahun.
  • Setiap anak yang dicurigai kambuh membutuhkan pemeriksaan lab urine selama 3 hari berturut-turut. Bila 3 kali pemeriksaan diketahui hasilnya positif 2 atau lebih, baru dikatakan sebagai kambuh (relaps). Keadaan seperti ini membutuhkan kembali pengobatan. Bila hasil pemeriksaan urine hasilnya positif satu (+1) dikatakan sebagai rest proteinuria yang menandakan remisi parsial dan belum membutuhkan pengobatan.
  • Gejala relaps yang dapat dilihat oleh orang tua di rumah adalah kembali edema atau bengkak di kelopak mata atau tungkai. Sekiranya ditemukan gejala tadi, segera periksakan ke dokter tanpa menunggu jadwal kontrol.
  • Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan baik seperti minum obat tidak teratur atau tidak melakukan kontrol sesuai anjuran, dapat memperburuk sakitnya sehingga anak dapat mengalami gagal ginjal kronik.

Senin, 30 Maret 2009

Narkoba yang mengancam anak-anak kita...


Narkoba ‘kagak ada mati’nya, demikian istilah anak muda yang tepat untuk menggambarkan penyalahgunaan narkoba yang semakin hari semakin ‘gila-gilaan’. Temuan pabrik ekstasi, sabu-sabu maupun digrebeknya bandar ganja, heroin atau putau silih berganti diberitakan. Belum lagi pengguna ataupun pengedar pemula yang acapkali terkena razia. Padahal sudah berapa orang bandar narkoba yang divonis hukuman mati atau dipenjara seumur hidup.Penyalahgunanya makin beragam, hampir semua kalangan bisa tergoda, bahkan penegak hukum sekalipun seperti hakim, jaksa, polisi sekalipun. Anak sekolah dan mahasiswa merupakan kelompok paling banyak, dan yang paling dikhawatirkan narkoba merambah juga di kalangan masyarakat bawah seperti buruh, kuli, tukang ojek dan para pengangguran. Bisa dibayangkan, bagaimana mereka mendapatkan uang untuk memperoleh barang haram tsb. Sangat mungkin, akhirnya mereka terjebak dalam perilaku kriminal. Jelas sudah akibat kemudaratan barang haram tsb, tetapi kasus narkoba terus saja ada dengan skala yang makin besar dan massif. Ancaman kematian akibat dampak kronis maupun over dosis narkoba, juga akibat HIV AIDS yang banyak diidap para pemakai narkoba sudah di depan mata kita semua, belum lagi ongkos sosial ekonomi yang teramat besar. Generasi muda kita terancam karenanya, memprihatinkan dan menyedihkan….


Seberapa besarkah masalah narkoba di Indonesia ?
Ada beberapa hal yang menjadi keprihatinan kita semua akan bahaya penyalahgunaan narkoba, antara lain :

  • Indonesia belakangan bukan hanya sebagai negara konsumen atau transit narkoba saja, tapi juga sebagai negara produsen atau pabrik narkoba. Beberapa kali polisi menggrebek tempat yang menjadi pabrik narkoba seperti ekstasi atau sabu-sabu, baik di Jakarta maupun di kota-kota lain di Indonesia.
  • Kecenderungan perkenalan dengan narkoba pada usia yang semakin muda (usia 10 tahun) dan kelompok umur terbesar pengguna narkoba adalah pada kelompok usia 15-25 tahun, usia sekolah/kuliah dan usia produktif. Pengguna narkoba belakangan juga ditemukan pada masyarakat kelas ekonomi bawah seperti buruh pabrik, tukang ojek, remaja di daerah kumuh dan padat penduduk.
  • Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba makin hari cenderung makin meningkat, kasus yang terungkap adalah bagai fenomena puncak gunung es (ice berg phenomen). Jumlah sesungguhnya kasus penyalahgunaan narkoba jauh lebih besar dari yang terungkap. Keterbatasan personil kepolisian dan kelihaian para pengedar dan pembuat narkoba membuat sedikitnya kasus yang dapat terungkap.
  • Penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS bagai 2 sisi mata uang. Penggunaan narkoba dengan cara disuntik (IDU = Injection drug user) merupakan cara penularan terbesar dari kasus HIV/AIDS belakangan ini. HIV/AIDS pada mulanya banyak mengenai kaum homo seksual, tapi sekarang para pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah kelompok terbesar mereka yang terkena HIV AIDS.
  • Merokok dan minuman keras diketahui sebagai pintu masuk (entry point) untuk mencoba-coba narkoba sementara perkenalan merokok sudah dimulai pada usia yang semakin dini (usia SD).
  • Sampai sekarang belum ada satupun terapi penanggulangan kecanduan narkoba yang terbukti afektif mengobati semua pecandu narkoba. Sementara metode pengobatan yang ada memakan waktu atau proses dan membutuhkan biaya yang mahal.

Mengapa banyak remaja sampai terlibat pada penyalahgunaan narkoba ?
Banyak hal yang membuat banyak remaja terlibat penyalahgunaan narkoba, antara lain :

  • Remaja melakukannya untuk gembira/hura-hura.
  • Karena pengaruh teman sehingga seorang remaja terbujuk menyalahgunakan narkoba.
  • Rasa ingin tahu atau coba-coba remaja untuk mencari pengalaman atau sensasi baru.
  • Karena solidaritas kelompok seorang remaja jadi ikut-ikutan menyalahgunakan narkoba.
  • Remaja yang takut terhadap tekanan kelompoknya.
  • Remaja yang ingin menonjolkan diri dan menunjukkan keberaniannya.
  • Remaja yang ingin menunjukkan sikap pemberontakan terhadap keluarga dan lingkungannya.
  • Ingin menghilangkan stress dan rasa kebosanan.
  • Remaja yang penghayatan spiritual/agamanya rendah rentan terlibat penyalahgunaan narkoba.
  • Kemudahan mendapatkan narkoba mendorong remaja menyalahgunakan narkoba.

Apa yang dimaksud dengan narkoba ?
Pada tahun 2003 : narkoba diartikan sebagai narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Pada tahun 2005 narkoba diartikan lebih luas lagi sebagai narkotika dan obat/zat berbahaya.

Apa saja macam atau jenis-jenis narkoba ?
Narkoba terdiri atas 3 kelompok obat/zat sebagai berikut :

  1. Golongan narkotika yang terdiri dari :
    1. Opiat : opium, morfin, heroin, kodein dan petidin.
    2. Cannabis (Ganja)
    3. Kokain.
  2. Psikotropika terdiri dari :
    1. Obat penenang,/obat tidur seperti diazepam (valium), nitrazepam, bromazepam, pil BK dsb.
    2. Obat halusigenik : LSD, luminal (phenobarbital).
    3. Zat/obat psikostimulans : amfetamin (ekstasi), metamfetamin (sabu-sabu).
  3. Zat psikoaktif antara lain :
    1. Minuman keras beralkohol
    2. Solvent : tiner, acetone, lem, uap bensin dsb.
    3. Nikotin pada rokok dan kafein pada kopi dan teh.

Pada kesehariannya narkoba lebih ditujukan pada golongan narkotika dan psikotropika.

Bagaimana cara orang menggunakan narkoba ?
Banyak cara orang dalam menggunakan narkoba, antara lain :

  1. Secara oral : narkoba ditelan/diminum spt obat penenang/obat tidur, amfetamin (ekstasi) dan obat daftar G lainnya.
  2. Dihirup (diinhalasi) : narkoba dibakar lalu dihirup misal : putau, sabu-sabu, ganja dan kokain.
  3. Dihisap lewat hidung : dihirup dalam bentuk tepung seperti kokain atau sediaan jadi ssperti aseton, tiner, lem aica aibon, bensin dsb.
  4. Ditaruh dalam luka goresan : kulit diiris-iris silet dan narkoba ditaburkan pada bagian tubuh yang dibuat luka tsb, misal : pemakaian LSD dan morfin.

Bagaimana dampak penyalahgunaan ganja (hashis, cananabis) terhadap kesehatan fisik maupun jiwa ?
Ganja
mengandung zat THC (tetra hidro cannabional) suatu zat psikoaktif yang memberi efek halusinasi sampai pada gangguan psikologis yang berat seperti delusi dan gejala skizoprenia. Jenis narkoba ini dapat menimbulkan kecanduan dan gajala putus obat atau sakaw. Pada pemakaian berlebih dapat membuat seseorang menjadi lemas, cemas, berhalusinasi sampai gangguan konsentrasi. Bahaya lain yang mengancam adalah sesak nafas, bronkhitis kronis sampai menjadi kanker paru-paru karena efek ter yang tinggi. Ganja sering merupakan entry point menuju jenis narkoba yang lebih berat.

Bagaimana dengan heroin atau yang lebih dikenal sebagai putau ?
Heroin merupakan pengolahan lebih lanjut dari jenis narkoba yang pada tahun 70-an sangat dikenal sebagai morfin. Efeknya 10 kali lebih kuat dari morfin. Efek yang lebih kuat tetapi harga lebih murah dari morfin membuat jenis narkoba ini banyak disalahgunakan oleh kalangan remaja, bahkan dari kalangan bawah sekalipun.
Cara pemakaian heroin dengan disuntik merupakan resiko besar untuk terkena HIV-IDS dan penyakit hepatitis sebab para pemakai umumnya menggunakan spuit berulang-ulang dan dipakai oleh banyak orang.
Efek psikis yang dirasakan : seseorang menjadi euphoria, rileks, mengantuk sampai mimpi indah dan akhirnya kesadarannya menjadi terganggu membuat konsentrasi tergangggu dan menjadi apatis. Semantara gejala fisiknya antara lain : gatal-gatal di sekitar hidung, suhu badan menurun, nadi melambat, tekanan darah turun,nafas lebih lambat dan pupil mata menyempit. Bila sampai over dosis ; pupil mata makin menyempit, nafas makin lambat/dangkal, kulit pucat dan dingin, kejang-kejang dan kesadaran makin menurun sampai kejang dan ujung-ujungnya adalah kematian. Pada pemakaian lama heroin dapat menimbulkan kerusakan ginjal dan hati.

Apa yang dimaksud dengan sakaw ?
Sakaw
adalah gajala ‘putus obat’ pada mereka yang sudah kecanduan atau ketergantungan narkoba. Sakaw pada pengguna heroin/morfin membuat sesorang badannya panas dingin seperti meriang, sakit pada tulang dan otot, mata berair, bersin-bersin dan pilek sampai kulit ‘merinding’. Pada mereka yang sedang sakaw tubuh menagih untuk disuplay narkoba kembali. Tubuh baru merasa ‘nyaman’ kembali bila sudah mengkonsumsi narkoba yang biasa digunakan.

Bagaimana pada mereka yang over dosis morfin atau putau ?`
Pada mereka yang diketahui over dosis morfin atau heroin (putau), akan didapat gejala-gejala atau tanda-tanda seperti : pupil mata yang menyempit (miosis), pernafasan yang lambat atau dangkal, kulit yang pucat dan dingin, timbul kejang-kejang berlanjut dengan kesadaran yang menurun hingga koma dan akhirnya sampai meninggal dunia.

Yang juga terkenal adalah penyalahgunaan pil ekstasi, bagaimana dampaknya pada si pemakai ?
Ekstacy (XTC)
adalah zat psikotropika golongan amfetamin sintetis yang diproduksi secara ilegal dalam bentuk tablet beraneka bentuk dan warna (seperti : dollar, white doft, pink heart, snow white dsb). Zat ini bersifat psikostimulan dengan merangsang sistem saraf sehingga dapat meningkatkan kegairahan dan kesadaran tetapi berakibat tubuh bekerja di luar batas kemampuan sehigga seseorang akan kehabisan enerji. Ekstasi banyak dikonsumsi mereka yang senang dugem sambil triping mendengarkan house music : seseorang menjadi lebih percaya diri, hiperaktif, ingin selalu menggoyangkan tubuh/menggelengkan kepala mengikuti irama musik. Mereka yang over dosis menjadi tidak fokus, panik, badan berkeringat dan gemataran, timbul dehidrasi dan kekurangan elektrolit tubuh sampai menjadi stroke. Kondisi ini sangat membahayakan bila yang bersangkutan mengendarai kendaraan.

Bagaimana juga dengan pemakaian sabu-sabu ?

Sabu-sabu adalah psikotropika golongan metamfetamin, bentuknya berupa kristal mirip vetsin yang efeknya mempengaruhi persyarafan pusat dan mempunyai efek yang lebih kuat dari ekstasi. Cara pemakaiannya dengan dihisap dengan alat yang dikenal sebagai bong atau dibakar dengan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap Efek yang ditimbulkannya antara lain : efek euphoria, apatis, hiperaktif, rasa percaya diri yang meningkat, gangguan menilai realitas dan emosi yang tidak stabil. Efek fisiknya : meningkatkan denyut jantung (palpitasi), menaikkan tekanan darah, pupil mata melebar sampai timbul muntah-muntah. Pada penggunaan lama dapat merusak hepar (hati) pemakainya. Kematian akibat over dosis shabu-shabu disebabkan tekanan darah meningkat yang dapat menimbulkan stroke dan muntah-muntah sampai dehidrasi.

Apa hubungannya penyalahgunaan narkoba dengan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS ?
Para penyalahguna narkoba yang menggunakan jarum suntik atau dikenal dengan IDU (Injection Drug User) mempunyai resiko besar untuk tertular penyakit seperti HIV. Jarum suntik yang tercemar virus HIV akan cepat menularkan penyakit pada kalangan pengguna narkoba suntik karena mereka sering menggunakan 1 spuit untuk dipakai bersama-sama dan berulang-ulang. Pada sebuah penelitian di sebuah tempat di Jakarta (Kampung Bali) yang pengguna narkobanya tinggi, didapati 90 % pecandu narkoba telah tertular virus HIV. Selain HIV , mereka juga rentan tertular virus hepatitis baik hepatitis B maupun hepatitis C yang diketahui akan berkembang menjadi kronis sampai menjadi sirosis dan kanker hati.

Bagaimana kita secara dini mengenali seseorang telah menyalahgunakan narkoba ?
Mereka yang sudah mengenal narkoba, pada awalnya diketahui sebagai seorang yang tiba-tiba sulit diajak bicara, tidak mau terlibat dalam kegiatan keluarga, sering pulang terlambat, menjadi mudah tersinggung dan pada mereka yang masih bersekolah suka bolos sekolah atau kuliah.

Selain hal hal tadi apalagi yang bisa dikenali sebagai ciri-ciri penyalahguna narkoba ?
Ada 3 perubahan besar yaitu perubahan fisik/lingkungan sehari-hari, perubahan psikologis dan perubahan perilaku sosal.

Perubahan fisik dan lingkungan sehari-hari : jalan sempoyongan, mudah lelah, nafsu makan menurun, kamar selalu dikunci, sering didatangi/ditelfon oleh orang yang tak dikenal, di rumah sering kehilangan barang atau uang sampai ditemukan benda yang mencurigakan di kamar atau tasnya seperti tablet, daun kering, bubuk, spuit, bong dsb.

Perubahan psikologis : malas belajar, sensitif, sulit konsentrasi, hilang semangat untuk bersekolah/kuliah, tidak lagi menjalankan hobbynya dan tidak mau lagi berteman dengan mereka yang baik-baik.

Perubahan perilaku sosial : menghindari kontak mata langsung, sering melamun, linglung, menjadi agresif yang tidak biasa, sikapnya menjadi tertutup, suka berbohong, memanipulasi keadaan,kurang disiplin, suka membolos, mengabaikan kegiatan agama/ibadah sampai menarik/menutup diri.

Bagaimana pengobatan atau penanggulangan kecanduan narkoba ?
Sampai sekarang banyak cara atau metode pengobatan yang dikenal dengan istilah detoksifikasi bagi pecandu narkoba. Tidak semua pecandu bisa dilakukan detoksifikasi dengan 1 metode saja, adakalanya yang bersangkutan cocok dengan metode yang lain. Pengobatan sifatnya individual, bahkan ada yang dapat disembuhkan dengan cara tradisional atau terapi alternatif. Yang jelas pada umumnya pengobatan memakan waktu lama, dibutuhkan kesabaran yang tinggi baik dari yang diobati maupun keluarganya. Menjadi kendala juga adalah mahalnya biaya pengobatan. Belakangan metode pengobatan dengan penggunaan metadon mulai dilakukan di puskesmas-puskesmas yang wilayahnya tinggi dengan penyalahguna narkoba.

Bagaimana sikap kita jika diketahui teman kita terlibat penyalahgunaan narkoba ?
Pada situasi demikian maka sikap kita yang bijak adalah sebagai berikut :

  • Tetap berteman, tapi jangan sampai kita ikut-ikutan,
  • Utarakan keperihatinan kita secara jujur dan terbuka.
  • Jangan sampai bersikap menuduh atau menghakimi teman kita. Cobalah untuk berdiskusi kenapa sampai seperti ini dan apa akibat lebih lanjutnya.
  • Mengingatkan bahwa kesembuhan butuh kesiapan dan kerelaan dibantu.
  • Selalu menunjukkan sikap peduli dan siap membantu.
  • Mengarahkan dan mendorong teman kita meminta bantuan profesional untuk menyembuhkannya.

Apa peran dan tanggung jawab orang tua untuk menghindari anak dari penyalahgunaan narkoba ?
Orang tua berperan dan bertanggung jawab terkait hal-hal sbb :

  • Orang tua hendaknya menjadi panutan (misal tidak merokok), teman diskusi dan teman bertanya bagi anaknya.
  • Mampu membuat aturan secara konsisten, kontinyu dan konsekuen.
  • Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan agama.
  • Selalu berupaya menggali potensi anak untuk dikembangkan.
  • Menumbuhkan kesadaran positif pada anak.
  • Melibatkan anak untuk mewujudkan cita-cita keluarga.
  • Menyempatkan ikut dalam berbagai kegiatan anak.
  • Mengontrol kegiatan anak, mengenali teman-teman anaknya dan bertindak juga sebagai pembimbing.

Apa yang menjadi kendala dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan narkoba ?
Beberapa hal yang menjadi kendala sekaligus keperihatinan kita bersama, antara lain :

  • Hukum positif di Indonesia menyatakan penyalahguna narkoba dikenakan sanksi pidana, berbeda dengan di luar negeri ; mereka tidak dihukum/dipenjara tetapi dimasukkan dalam proses rehabilitasi yang ditunjuk dan dibiayai oleh negera. Pada sebagian negara yang lain : mereka dihukum tapi selanjutnya dimasukkan dalam penjara khusus yang juga merupakan panti rehabilitasi narkoba. Memang kebijakan demikian membutuhkan anggaran yang besar karena mahalnya biaya detoksifikasi atau rehabilitasi.
  • Penjara di Indonesia merupakan tempat perekrutan anggota/pemain baru dari para sindikat narkoba, penjara menjadi candradimuka (penggodokan) para pemula untuk naik kelas jadi pengedar atau anggota sindikat. Ironi yang lain : penjara seperti kantor cabang bandar narkoba karena di penjara ternyata menjadi tempat yang paling aman untuk memakai, menjual dan mengedarkan narkoba. Yang terakhir ini tentunya bekerjasama dengan oknum petugas penjara.
  • Seorang yang lepas dari penjara akan memperkuat sindikat narkoba yang ada. Lebih-lebih pada saat sekarang semakin sulit orang mencari lapangan pekerjaan. Yang bersangkutan bersiap-siap untuk masuk penjara lagi dan bekerja di kantor cabang yang ‘baru’.
  • Biaya detoksifikasi dan rehabilitasi tidak terjangkau kalangan miskin karena mahal. Akibatnya penyalahguna narkoba dari kalangan miskin tidak tertangani dengan baik dan jatuh kembali dalam kubangan narkoba lebih dalam.
  • Pemerintah lebih menekankan pada upaya penegakan hukum dengan segala langkah represif, tapi kurang pada upaya pengurangan dampak buruk (harm reduction). Upaya harm reduction di sisi lain menimbulkan dilema etik karena misalnya memberikan spuit steril gratis bisa saja diartikan sebagai penghalalan narkoba sebagai barang haram. Atau ketika memberikan kondom gratis/ATM kondom pada kalangan pengguna narkoba suntik akan gampang dituduh melegalkan perzinahan (sex bebas, kemaksiatan).