Selasa, 12 Mei 2009

Demam berdarah ....


Tora, anak laki-laki usia 5 tahun tinggal bersama orang tuanya di pemukiman yang padat penduduknya. Istilahnya sejauh mata memandang adalah rumah dan rumah diselingi tiang listrik dan jemuran. Pada musim hujan adakalanya rumah Tora kebanjiran dan membuat keluaganya mengungsi ke sebuah masjid yang letaknya lebih tinggi.
Tora 3 hari ini panas cukup tinggi, ibunya sudah memberi obat penurun panas dan sempat turun tapi sekejap panasnya naik kembali. Belakangan Tora merasa mual dan sesekali dia muntah, dia juga mengeluh sakit perut. Bu Tike, ibunya Tora mulai cemas dan ketika akhirnya dari hidung Tora keluar darah (mimisan), segera saja Tora dibawa RS terdekat. Ketika dokter memeriksanya , ketahuan juga di kulit Tora ada bintik-bintik merah yang bila ditekan tidak hilang, dokter menyebutkan sebagai ptekie. Dokter segera meminta perawat jaga menginfus Tora dengan cairan ringer laktat, sebelum diinfus darah Tora diambil untuk pemeriksaan laboratorium. Setelah ada hasil labnya, bu Tike dikabari oleh dokter bahwa anaknya terkena demam berdarah. Anaknya harus dirawat untuk diobservasi beberapa hari di RS dan selama itu anaknya akan diperiksakan darahnya setiap 6 atau 12 jam. Dokter menjelaskan pemeriksaan itu dilakukan untuk memantau perjalanan penyakit dan mendeteksi kemungkinan adanya syok atau perdarahan pada diri Tora. Ketika bu Tike memnita izin kepada dokter untuk memberikan jus jambu klutuk, dokternya mempersilahkan. Bu Tike juga sempat menanyakan apakah anaknya perlu ditransfusi karena jumlah trombositnya ‘drop’ dokter menyatakan belum perlu dan mudah-mudahan Tora tidak sampai ditransfusi trombosit.
Tora dirawat di RS selama 4 hari, dan ketika pulang trombosit Tora sudah mulai meningkat. Ibu Tike bersyukur Tora tidak mengalami DBD yang berat seperti pasien lain yang dia lihat di ICU RS tempat Tora dirawat.

Cerita Tora adalah cerita seorang anak dengan perjalanan penyakit demam berdarah yang ‘klasik’. Penyakit ini memberikan kesan menyeramkan karena ada kata ‘berdarah’nya. Padahal perjalanan penyakit ini tidak selalu berdarah-darah seseram yang dibayangkan !
Hanya saja pada bulan-bulan tertentu, kejadian DBD meningkat serentak sehingga dinyatakan sebagai KLB atau Kejadian Luar Biasa. Di telivisi kita lihat banyak RS yang kewalahan menampung pasien-pasien DBD atau suspek DBD, bahkan mereka sampai harus dirawat di lorong atau selasar RS.

Apakah yang dimaksud dengan demam berdarah dengue atau DBD itu ? Demam berdarah atau DBD adalah demam akut (tiba-tiba) yang disebabkan oleh virus dengue yang terdiri dari 4 jenis tipe (serotipe) yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4. Seorang umumnya terinfeksi oleh hanya 1 jenis saja. Ke empat jenis virus itu terdapat di Indonesia dan serotipe dan-3 sering terkait kasus DBD yang berat.

Benarkah DBD ditularkan oleh nyamuk ‘rumahan’ ? Ya, sebagaimana diketahui banyak orang, demam berdarah ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan sub tropis, tapi tidak terdapat di daerah ketinggihan diatas 1 km. A aegypti ini memang jenis nyamuk ‘rumahan’ yang senang bau tubuh manusia (antropofilik), menggigit banyak orang, berkembang biak di wadah air yang jernih dan menggenang, terbang siang hari dengan radius 100 meter sampai 1 km.

Kenapakah demam berdarah sering terjadi pada peralihan musim ? Kasus DBD sering kembali meningkat pada peralihan musim dapat diterangkan sebagai berikut : pada peralihan musim, hujan sesekali mulai atau masih turun dan itu menimbulkan banyak genangan air dimana-mana dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk A aegypti. Di negara berkembang seperti Indonesia, kebersihan lingkungan masih menjadi masalah utama. Apalagi di kota besar dengan pemukiman yang padat, penularan begitu mudah terjadi dan sering menjadi apa yang dinamakan KLB (Kejadian Luar Biasa).

Gejala atau tanda-tanda apa yg di alami anak yang terinfeksi virus demam berdarah ? Infeksi virus dengue pada manusia menimbulkan gejala yang beragam. Sebagian besar asimptomatik (tanpa gejala atau klinis yang jelas), sebagian menjadi demam dengue dan demam berdarah dengue. Demam dengue dibagi 2 yaitu yang dengan perdarahan dan tanpa perdarahan. Sementara demam berdarah dengue dibagi atas BBD dengan syok dan tanpa syok. Satu hal yang harus diketahui : faktor utama yang berperan pada DBD adalah terjadinya perembesan plasma yang dapat mengakibatkan syok. Keadaan yang terakhir inilah yang membedakannya dengan demam dengue biasa. Jadi sekarang kita tahu kalau infeksi virus dengue tidak selalu DBD !

Dapatkah diterangkan lebih lanjut gejala demam dengue( DD) dan demam berdarah dengue( DBD) ? Karena sama-sama infeksi virus dengue, baik DD dan DBD mempunyai masa inkibasi rata-rata antara 4-6 hari (berkisar dari 3 sampai 14 hari). Gejala awal infeksi ini tidak khas, didahului nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan kelelahan. Baru setalah itu demam tinggi mendadak yang kadang-kadang sampai mengigil, dan muka yang kemerahan (facial flush). Demam dapat berlangsung 5-6 hari.Keluhan lain dapat berupa nyeri belakang bola mata, nyeri otot/sendi, nafsu makan berkurang, sembelit, konstipasi, muntah dan ruam-ruam di kulit. Perdarahan biasanya perdarahan kulit seperti timbul ptekie atau ekimosis sampai perdarahan yang terbuka seperti mimisan dan gusi berdarah. Pada demam dengue tidak sampai timbul perdarahan berat, berbeda dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada DBD dapat timbul muntah dan berak darah (hematemisis melena) sampai dengan DIC dimana perdarahan sukar berhenti karena ada gangguan pembekuan darah. Baik demam dengue atau DBD pada pemeriksaan lab dapat dijumpai trombositopenia (penurunan jumlah trombosit dalam darah kurang 100.000/mm) seperti yang diutarakan sebelum ini, DBD mempunyai karakteristik adanya perembesan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler yang tidak terjadi pada demam dengue. Tanda-tanda perembesan plasma tsb : adanya hemokonsentrasi, peningkatan Hb, peningkatan kadar albumin dan adanya cairan di rongga pleura dan perut. WHO pada tahun 1997 membuat kriteria DBD sebagai berikut, klinis : demam tinggi mendadak 2-7 hari, ada manifestasi pendarahan, pembesaran hati dan kegagalan sirkulasi (syok).Laboratorium : jumlah trombosit yang menurun, kurang atau sama 100.000/m3, hemokonsentrasi (hamatokrit yang meningkat) dan konfirmasi degan uji HI positif.

Pada anak yang diduga demam berdarah, kenapa suka diperiksa dengan memasang manset tensimeter di lengan atas dan dibiarkan selama beberapa menit ?
Ya, pada anak yang di curigai demam berdarah tapi tidak ditemukan perdarahan kulit yang spontan maka dokter sering melakukan tes bendungan atau Rumpel Leed Test seperti itu (nama yang lain : Tourniquet test). Setelah 5 menit manset terpasang, selanjutnya dilepas dan dilihat adakah bintik-bneitik perdarhan kulit yang timbul. Positif bila pada area seluas 2,5 cm2 terdapat 20 buah bintik perdarahan kulit. pemeriksaan ini dapt dipakai sebagai petunjuk awal DBD. pada yang sudah jelas ada gambaran perdarahan spontan di kulit spt ptekie atau ekimosis, tidak diperlukan lagi tes bendungan.

Adakah pembagian derajat penyakit DBD ?
Ada ! Penyakit DBD ini dibagi atas 4 keadaan atau derajat sebagai berikut, derajat 1 : ada demam disertai tes bendungan (+), derajat II : ada demam disertai perdarahan yang jelas seperti perdarahan kulit (ptekie, ekimosis) atau mimisan, derajat III : adanya kegagalan sirkulasi berupa : gelisah, nadi cepat dan lembut, tekanan darah yang menurun, sianosis, ujung tangan dingin dan lembab. Derajat IV adalah derajat yang paling berat dimana anak sudah syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur. Yang sering salah kaprah orang menyebutkan derajat penyakit dengan stadium, padahal yang tepat adalah derajat penyakit.

Pada hari ke berapa sakit yang dianggap hari kritis ? Hari sakit ke 3 sampai hari ke 5 adalah hari kritis mengingat pada hari-hari itu sering terjadi syok. Syok harus ditangani segera sebab pertolongan yang terlambat dapat diikuti dengan perdarahan hebat. Bila sudah melewati hari kritis, kita boleh lega karena sudah memasuki fase penyembuhan.

Bagaimana kita mengenali tanda-tanda syok sedari dini ? Tanda-tanda syok dapat dijumpai justru ketika suhu badan mulai menurun. Karenanya pada anak anak DBD dengan suhu yang tiba-tiba turun harus diwaspadai kemungkinan syok. Adapun tanda-tanda syok adalah : anak gelisah, kulit dingin dan lembab, ujung kaki dan tangan dingin, tekanan nadi (selisih tekanan sistolik dan diastolik) kurang atau sama 20 mmHg, nadi cepat dan lembut dan kencingnya sedikit atau jarang. Jangan remehkan keluhan sakit perut pada anak dengan DBD sebab itu bisa jadi petunjuk kemungkinan syok atau pendarahan saluran cerna. Syok dapat berlangsung sangat cepat sehingga pasien dapat meninggal dalam waktu 12 –24 jam, tapi bila ditangani segera akan cepat membaik dengan penggantian volume cairan.

Lalu bagaimana pula kita mengenali adanya perdarahan yang serius pada DBD ?
Pada anak yang mengalami perdarahan hebat, dapat ditemukan tanda-tanda sebagai berikut : Anak yang gelisah kesakitan, perut yang membuncit atau lingkaran perut yang bertambah. Dengan memonitor Hb dan hematokrit secara berkala dapat dicurigai adanya perdarahan sebab perdarahan dapat menurunkan nilai Hb dan hematokrit. Pada anak yang mengalami syok lama, harus juga dicurigai kemungkinan perdarahan.

Kenapa pada anak yang dirawat dengan DBD sering dilakukan pemeriksaan darah secara berkala tiap 6 atau 12 jam ?
Ya, pemeriksaan darah seperti Hb, hematokrit dan trombosit dilakukan secara berkala bertujuan untuk memantau perkembangan penyakitnya. Bila ada kenaikan Hb dan hematrokit dugaan kearah DBD semakin kuat, sebab itu menandakan adanya hemokonsentrasi akibat adanya perembesan plasma. Bila Hb menjadi turun, kita mencurigai jangan-jangan terjadi perdarahan. Pengukuran jumlah trombosit dipakai untuk menilai perjalanan penyakit, trombosit yang semula menurun pada beberapa pemeriksaan, maka pada wakru fase penyembuhan (konvalesen) terjadi peningkatan jumlah trombosit secara perlahan sampai bisa kembali di atas 100.000.
Selanjutnya dari pemantauan laboratorium seperti itu, dokter akan menentukan strategi pengobatan, Dokter dapat saja menaikkan jumlah tetesan infus per menit dan kembali menurunkan jumlah tetesan infus bila sudah ada perbaikan.

Selain laboratorium darah, pemeriksaan apa lagi yang suka dilakukan pada DBD ?
Kadangkala dokter perlu memeriksakan foto torak atau foto dada. Gambaran yang sering ditemukan adalah adanya efusi pleura. Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura di paru akibat adanya perembesan plasma yang merupakan tanda khas DBD. Pemeriksaan roentgen ini tidak selalu dikerjakan di lapangan, apalagi kalau klinis dan laboratorium sudah menunjang. Pada RS pendidikan hal ini dilakukan untuk kepentingan akademik.

Apakah prinsip pengobatan dari DBD ?
Setiap anak yang ditangani sebagai DBD harus menjalani tirah baring selama sakit. Untuk mengurangi keluhannya dapat diberikan analgetik-antipiretik (jangan golongan asetosal atau obat yang dapat mengiritasi lambung). Selanjutnya pemberian atau penggantian cairan yang cukup adalah hal utama dalam penanganan DBD ini. Diberikan banyak minum dengan cairan dan elektrolit oral dapat berupa jus buah, sirup-sirupan, pocari, susu dsb. Minum dapat diberikan sebanyak 2 liter/hari.
Selama sakit dilakukan monitor suhu, tanda vital lain dan lab seperti Hb, Ht dan trombosit. Bila ada indikasi kecendurangan Ht (hematokrit) yang meningkat, maka anak harus diinfus. Tetesan infus selalu disesuaikan dengan observasi klinis anak dan hasil pemeriksaan lab yang terakhir. Infus juga dilakukan bila anak muntah terus menerus atau tidak mau minum. Memotivasi minum pada anak sakit bukanlah perkara mudah. Infus cairan yang sering dipakai adalah Ringer laktat atau Asering. Adakalanya dibutuhkan koloid sebagai pengganti plasma pada anak yang sempat syok.
Kalau ada perdarahan maka diberikan juga transfusi darah maupun trombosit.
Pada anak yang syok atau mengalami perdarahan hebat, perawatan sebaiknya di ICU guna pengawasan lebih ketat.

Lalu apakah pada anak dengan DBD yang trombositnya turun, harus dilakukan tranfusi trombosit ?
Tidak ! Indikasi pemberian trombosit pada DBD adalah bila klinis terjadi perdarahan yang jelas seperti muntah atau berak darah. Tranfusi tidak hanya trombosit, tapi disertai juga dengan plasma atau sel darah merah (Packed Red Cell). Adanya perdarahan spontan di kulit saja seperti ptekie tidak mengharuskan pemberian trombosit. Jumlah trombosit yang rendah bukan indikasi pemberian trombosit, dan trombosit tidak pernah diberikan sebagai profilaksis (pencegahan).

Apakah pada anak dengan DBD diberi jus jambu klutuk bisa meningkatkan trombosit ?
Belum ada bukti yang menguatkan ‘mitos’ ini. Yang jelas perjalanan penyakit DBD sendiri menunjukkan secara alamiah trombosit akan naik dengan sendirinya ketika memasuki fase penyembuhan (konvaselen). Jadi dengan diberi jus jambu klutuk atau tidak, trombosit akan naik dengan sendirinya ! Meminum jus jambu klutuk sendiri atau jus buah yang lain tidak dilarang karena baik saja untuk pemenuhan gizi pasien dan membantu kesembuhan pasien.

Mereka yang dirawat dengan DBD apakah baru boleh pulang setelah trombosit diatas 100.000 ?
Tidak juga ! Anak yang di rawat dengan DBD boleh dipulangkan setelah dokter menilai klinis anak sebagai berikut : anak tidak demam selama 24 jam tanpa obat penurun panas, nafsu makan membaik, klinis membaik, hematokrit stabil, 3 hari syok teratasi (kalau sempat syok), tidak ada distress dan jumlah trombosit cenderung meningakat di atas 50.000.

Terakhir, langkah pencegahan apa sehingga kita semua terhindar dari DBD ?
Karena DBD belum ada vaksin pencegahannya, maka memutuskan rantai penularan lewat nyamuk adalah langkah yang bisa kita lakukan. Hal yang bisa kita lakukan adalah menjalankan apa yang dinamakan 3 M : ‘menguras, menggali dan menutup’. Secara berkala kita menguras bak mandi atau kolam penampung air (lebih baik juga dilakukan pemberian abate). Sementara barang-barang di rumah yang sudah terpakai tetapi dapat jadi tempat berkembang biak nyamuk harus dibuang/dikubur, seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik aqua dsb.
Bagi kaum bapak yang suka memelihara burung, air pada tempat minum burung harus diganti tiap hari, yang punya kolam ikan tapi sudah tak ada ikannya, maka kolamnya harus dikuras menghindari nyamuk berkembang biak di kolam tsb. Prinsipnya adalah tidak memberi kesempatan nyamuk berkembang biak. Seperti tadi dikemukakan, nyamuk A aegypti untuk berkembang biak menyenangi air yang relatif jernih dan menggenang (tidak di air yang mengalir). Selain itu untuk menghindari nyamuk yang berkeliaran di rumah, hindari pakaian yang bergantungan di rumah karena nyamuk ini kebetulan menyukai bau tubuh manusia. Seandainya di ketahui ada nyamuk di rumah , kita lakukan penyemprotan dengan insektisida.Sebaiknya upaya pencegahan ini dilakukan serentak pada banyak rumah , sebab kalau kebersihan lingkungan tidak di jadikan masalah bersama, maka sumber penularan akan terus ada . Nyamuk A aegypti seperti kita tahu daya jelajahnya antara 100 m sampai 1 km .
Mungkin inilah kendala di negeri kita utamanya di kota yang kepadatan penduduknya begitu tinggi, DBD selalu ada sepanjang tahun dan pada waktu tertentu menjadi KLB atau Kejadian Luar Biasa.

Flu Babi, (Swine Flu) yg mengancam dunia..



Flu babi belakangan ini menjadi berita yang sering kita jumpai di berbagai media. Mexico sebagai negara awal yg terjangkit virus sempat mengalami histeria, sehingga kita melihat betapa hampir semua orang disana menggunakan masker ketika menjalankan aktifitas sehari-hari. Pemerintahnyapun pernah meliburkan selama 5 hari kepada seluruh warga untuk menghindari makin seringnya kontak antar warga. Seluruh rakyat dimintakan untuk tetap tinggal rumah, hal tsb dilakukan mengingat betapa cepatnya penyebaran virs flu babi di negara tersebut. Sudahpun begitu, virus flu babi dalam waktu tak lama ternyata sudah menyebar ke berbagai negara dan benua.
Di Indonesia, kekhawatiran akan masuknya flu babi membuat pemerintah dalam hal ini Depkes melakukan berbagai upaya pencegahan spt pemasangan termal scnner di bandara internasional dan mengkarantina/mengisolasi orang-orang yang disangka terinfeksi virus flu babi ini. Walau di kalangan masyarakat ada timbul jokes : flu babi tak mungkin bisa masuk Indonesia, karena tidak mendapat sertifikasi halal dari MUI..ha..ha.

Bagaimana ceritanya kasus flu babi sampai menghebohkan dunia ?
Flu burung ‘relatif’ sudah terkendali sekarang ini, tapi belakangan dunia dihebohkan dengan flu babi yang penyebaran antar manusa begitu cepat. Flu babi awalnya hanya menyerang babi, tapi kemudian di Meksiko pada akhir Maret sampai awal April 2009 diketahui merebak KLB (kejadian luar biasa) flu babi pada manusia, dimana banyak orang yang mengalami gejala flu dan sebagian berakhir fatal karena sampai menimbulkan kematian. Pada kurun waktu tsb ada 2000 orang lebih yang terjangkit flu babi dan yang meninggal sampai lebih dari 150 orang. Penelitian lebih lanjut ternyata ditemukan adanya infeksi virus influenza yang biasa menginfeksi babi. Tak berapa lama juga diketahui banyak orang di berbagai negara yang juga terjangkit flu babi, sudah ada 29 negara yang terjangkit. Diketahui Amerika Serikat ternyata mempunyai jumlah kasus flu babi yang terbanyak, karena negara tsb berbatasan langsung dengan Meksiko. Di Asia yang sudah terjangkit adalah negara Jepang, Korea dan Hongkong, selanjutnya berpotensi makin menyebar ke negara lain kalau penanggulangan flu babi di setiap negara tidak efektif. Negara tetangga yang paling dekat yang sudah terjangkit flu babi (sampai tulisan ini dibuat) adalah Selandia baru.

Mengapa dikatakan flu babi mengancam dunia ?
Ya karena kasus flu babi bila tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan pandemi (wabah raya), dimana penyakit ini menjangkit dimana-mana, lintas negara dan benua. Penularan dari manusia ke manusia yang begitu cepat, ditengah arus globalisasi dan lalu lintas orang yang begitu mudah berpergian dari satu negara lain, akan membuat ancaman pandemi semakin nyata. Karenanya dibutuhkan partisipasi dan kepedulian bersama di seluruh dunia untuk pennggulangan kasua flu babi ini.

Apa kuman penyebab flu babi ?
Kuman penyebabnya adalah virus influenza tipe A, sub tipe H1N1, kalau flu burung : H5N1, sementara pada manusia kebanyakan adalah virus influenza A sub tipe H3N2. Virus H1N1 sudah lama menjangkiti babi, tapi belakangan diketahu dapat menularkan juga ke manusia, yang kemudian menyebar makin luas karena adanya penularan dari manusia ke manusia. Babi diketahui merupakan hewan yang dapat menerima virus flu dari hewan lain dan juga manusia, kemungkinan terjadinya persilangan antar virus tsb dan menghasilkan virus flu babi ‘baru’ yang mengalami mutasi gen yang lebih ‘ganas’ ketika menginfeksi manusia.

Bagaimana cara penularannya ?
Virus ini menular melalui kontak dengan moncong babi yang ‘flu’, juga lewat percikan batuk/bersin (droplet) atau lewat sentuhan tangan dimana tangan kita selanjutnya menyentuh hidung atau mulut. Masa inkubasi rata-rata 4 hari (kisarannya 1-7 hari). Kelompok yang beresiko pada awalnya adalah pekerja di peternakan babi, tertular dari babi, tapi selanjutnya orang yang tertular tersebut akan menularkan ke orang lain, di komunitas yang berbeda dan seterusnya, begitu cepat penyebarannya sampai lintas negara dan benua yang membuat WHO memberi peringatan adanya ancaman pandemi.

Bagaimana gejala penyakit orang yang terkena flu babi ?
Gejalanya seperti gejala flu (influenza) pada umumnya antara lain : demam, batuk-pilek, lemas, nyeri/pegal otot, sakit tenggorokan, mual-muntah sampai diare. Perjalanan penyakit yang paling dikhawatirkan adalah perburukan penyakit sampai menimbulkan pneumonia (radang parenkim paru) yang umumnya berat dan berakhir dengan kematian karena pasien mengalami gagal nafas.

Bagimana pengobatan atau penanganan selanjutnya ?
Pasien yang diduga terinfeksi flu burung harus mengalami perawatan khusus di RS rujukan yang sudah ditunjuk, diisolasi, sambil menunggu konfirmasi lab untuk virusnya, selain itu untuk antisipasi adanya perburukan yang membutuhkan perawatan intensif (ICU). Obat anti viral yang terbukti cukup efektif untuk penderita flu babi adalah oseltamivir yang lebih dikenal sebagai tamiflu. Obat ini sebelumya banyak dipakai waktu merebaknya flu burung (avian influenza) beberapa waktu lalu.

Bagaimana langkah pencegahan yang bisa dilakukan semua orang ?
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan semua orang (pencegahan pribadi) adalah :

  1. Makan yang bergizi dan istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh kita tetap prima untuk melawan setiap infeksi kuman penyakit.
  2. Selalu menutup hidung dan mulut bila bersin atau batuk.
  3. Tidak meludah di sembarang tempat.
  4. Membiasakan mencuci tangan sehabis kontak dengan hewan.
  5. Mereka yang flu selalu memakai masker, sementara yang sehat hindari kontak dengan yang sakit.
  6. Segera memeriksakan diri ke fasilitas terdekat bila ditemukan gejala seperti di atas apalagi bagi mereka yang habis bepergian dari negara yang sudah terjangkit flu babi.

Bagaimana upaya pemerintah utk menanggulangi merebaknya flu babi ?
Ada beberapa langkah pemerintah dalam hal ini Depkes yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran flu babi antara lain :

  1. Memasang termal detector di terminal kedatangan laur negeri di beberapa bandara ionternasional.
  2. Menghidupkan kembali surveilance Influenza Like Ilness dan Pneumonia.
  3. Menyiapkan obat oseltamivir yang disebarkan ke Puskesmas dan RS.
  4. Menyiapkan 100 RS rujukan penderita suspek flu burung.
  5. Meningkatkan kemampuan pemeriksaan lab untuk memeriksa virus H1N1 di berbagai lab flu burung yang sudah ada.
  6. Menyebarluaskan informasi/sosialiasi kepada masyarakat dan meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman flu babi.
  7. Melakukan simulasi penanggulangan pandemi influenza.

Terakhir apa yang mesti kita ingat atau apa hikmah yang bisa kita ambil dari merebaknya kasus flu babi ini ?
Bahwa upaya pencegahan perorangan melalui pola hidup sehat dan peningkatan higiene diri dapat menahan laju perkembangan penyakit flu babi ini. Hal-hal sederhana yang suka kita lupakan justru menjadi benteng kita dari serbuan aneka kuman penyakit. Kita masih optimis, kasus flu babi dapat tertangani secara baik dengan belajar pada waktu merebaknya flu burung beberapa waktu lalu. Kerjasama yang efektif lintas negara dan lintas sektoral mendukung keberhasilan upaya kita menghentikan penyebaran flu babi.

Selasa, 05 Mei 2009

Child abuse and neglect : apa sich…..



Bapak Santo dan ibu Santi adalah pasangan yang dikaruniai 2 orang anak usia 8 dan 10 tahun. Kebetulan kedua anaknya laki-laki. Sebagai orang tua , Bapak Santo dan ibu Santi berobsesi anaknya menjadi anak yang penurut dan berprestasi di sekolah. Karenanya kedua anak tersebut mereka didik dengan keras dan penuh disiplin. Setiap ada ketidakdisiplinan ada resiko hukuman yang harus ditanggung. Hukuman fisik berupa pukulan dengan tangan kosong atau mistar, sentilan atau cubitan. Belum lagi dikurung di kamar yang ventilasinya kurang baik dengan jatah makan yang dikurangi. Untuk hukuman fisik, Bapak Santo acapkali melakukanya, sementara ibu Santi lebih sering marah atau ngomel dengan perkataan kasar dan merendahkan anak. Ketika sang anak nilai ulangannya kalah bagus dengan anak yang lain, Bu Santi sering membandingkan dengan anak lain, perkataan bodoh, tolol dan dunggu acapkali terlontar.” Mau jadi apa kamu kalau sudah besar”, demikian sering terlontar kalau sang ibu sedang marah. Sikap keras dalam mendidik anak membuat sang anak menjadi sosok yang introvert dan menarik diri. Di sekolah , kedua naknya dikenal sebagai pribadi yang rendah diri, murung dan cenderung menarik diri. Suasana hatinya jelas tertekan. Tanpa disadari kedua anak tersebut telah mengalami perlakuan salah atau dikenal sebagai child abuse. ..

Apa yang dimaksud dengan child abuse and neglect ?
Child abuse and neglect atau dibahasa-indonesiakan sebagai perlakuan salah dan penelantaran anak mempunyai beragam definisi. Dalam perkembanganya definisi bereubah-rubah karena makin luasnya cakupan, di Indonesia child abuse and neglect diartikan sebagai semua bentuk perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, ekploitasi komersil yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata atau potensial terhadap kesehatan anak dalam kelangsungan hidup anak , tumbuh kembang anak atau martabat anak yang dilakukan orang dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayan dan kekuasaan.Panjang dan mencakup banyak hal, bukan ?

Jadi bukan semata-mata kekerasaan fisik saja ya ?
Ya, seperti yang kita baca dari definisi diatas, tidak hanya kekerasan fisik tapi juga emosional, seksual dII. Selama ini orang memang banyak mengaitkan dengan kekerasan fisik saja. Dengan cakupan yang luas tadi, sangat mungkin banyak diantara kita yang diam-diam tau tanpa kita sadari melakukan perlakuan salah terhadap anak. Yang cukup sering adalah kekerasan emosional karena banyak orang tua kalau sudah marah terhadap anak sering tanpa disadari mengucapkan kata kasar atau kata-kata yang merendahkan/menyakitkan anak. Atau ketika kesal dengan tingkah polah sang anak, tak jarang cubitan,jeweran, sentilan, bahkan terkadang sampai pukulan diterima sang anak.

Dimana saja perlakuan salah dapat diterima oleh seorang anak?
Perlakuan salah dapat terjadi di dalam keluarga dan di luar keluarga. Di dalam keluarga dilakukan oleh orang tua, kakak bahkan pengasuh. Di luar keluarga dapat terjadi di sekolah, asrama, tempat kerja, di jalanan dan juga di medan konflik/perang. Hal tersebut dapat dilakukan oleh teman, seniornya, guru, petugas negara, majikan dsb.

Bisa dijelaskan lebih lanjut bentuk atau jenis perlakuan salah terhadap anak?
Bentuk atau jenis perlakuan salah terhadap anak dapat beripa penganiayan fisik, penganiayaan emosional, penganiayaan seksual dan pelalaian. Penganiayaan fisik mengakibatkan cedera fisik karena hukuman badan,kekejaman atau peracunan. Penganiayaan emosional dapat berupa amarah, melontarkan kata-kata kasar, merendahkan atau melecehkan anak. Penganiayaan seksual berupa pelecehan seksual sampai berhubungan seksual dengan anak termasuk pedofili, pelacuran di bawah umur, incest dsb. Kelalaian terhadap anak termasuk pemeliharaan kesehatan yang kurang memadai, pengawasan ortu yang kurang, kelalaian dalam pengobatan anak, juga kelalaian dalam memberikan pendidikan yang layak terhadap anak.

Apa saja faktor yang membuat ortu melakukan perlakuan salah terhadap anak ?
Ada faktor resiko dari oran tua sehingga rentan untuk melakukan perlakuan salah terhadap anak. Hal tersebut antara lain : orang tua yang melakukannya sebagai pelampiasan frustasi, orang tua dengan riwayat pelanggaran hukum atau residivis (judi,alkoholik,narkoba,kriminal), orang tua yang menganggap anak sebagai saingan, orang tua terutama ibu yang kawin muda dan melahirkan dalam usia yang masih belia dan orang tua dengan riwayat child abuse pada masa kecilnya.

Apa akibat dari perlakuan salah terhadap anak?
Banyak akibat yang ditimbulkan dari child abuse and neglect. Akibat fisik akan didapat trauma fisik seperti lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang dan sebagai berikut. Juga dapat di jumpai sekuele atau cacat sebagai akibat trauma misal adanya jaringan parut, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan kecacatan lain. Akibat yang fatal dari perlakuan salah pada anak adalah kematian, dimana pada kasus kematian tsb orang tua atau pihak yang diduga melakukannya tidak dapat menjelaskan dengan logis penyebab kematiannya.

Apa akibatnya pada tumbuh kembang anak?
Anak yang mengalami child abuse and neglect pertumbuhannya umumnya terlambat, selain itu perkembangan emosionalnya juga mengalami kelambatan atau gangguan. Anak tidak dapat mengembangkan kecerdasannya, juga anak tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, apatis, atau sebaliknya menjadi pribadi yang agresif. Pada anak dapat tumbuh konsep diri bahwa dia pribadi yang tidak berguna atau tidak dicintai. Bila dibiarkan perasaan demikian dapat menjurus kepada keinginan bunuh diri.

Bagaimana mengetahui kemungkinan anak telah mengalami penganiayaan seksual? Kita curigai hal tersebut bila kita menemukan hal-hal sebagai berikut : adanya trauma atau infeksi lokal pada daerah anus/kelamin atau sekitarnya yang mengakibatkan timbulnya nyeri perineal (nyeri sekitar anus), keluarnya cairan dari vagina atau nyeri disertai perdarahan di daerah anus. Akibat lain adalah dampak secara emosional : konsentrasi belajar berkurang, tidak bisa mengontrol buang air besar/buang air kecilnya (eneuresis atau enkopresis) sampai timbul perubahan perilaku misalnya anak tiba-tiba menjadi pendiam, menarik diri dan menjadi murung. Satu hal yang dikhawatirkan adalah anak yang pernah mengalami penganiayaan seksual seperti disodomi, kelak di kemudian hari dia akan melakukan hal yang sama pada anak lain. Fenomena ini sering ditemukan pada komunitas anak jalanan.

Apa yang harus dilakukan pada anak yang mengalami perlakuan salah dan penelantaran?
Dokter atau tenaga kesehatan tentunya harus melakukan diagnosis dengan teliti, hati-hati dan pertimbangan yang matang. Orang tua atau pihak yang melakukannya segera dilaporkan kepada pihak yang berwenang/berwajib, anak selanjutnya diberikan perlindungan fisik maupun hukum. Bila membutuhkan perawatan medis, anak harus ditangani dan dirawat di RS. Pada saatnya anak sebagai korban dilakukan rehabilitasi dan bila orang tua dinilai tidak mampu merawat atau mengasuh, anak dapat dipelihara oleh keluarga lain atau lembaga sosial yang ada.

Saat sekarang apa ada undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap anak?
Alhamdulillah, pada saat sekarang sudah ada 2 undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap anak yaitu UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan terakhir UU No 3 tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dengan undang-undang tersebut, pelaku child abuse dapat dituntut dengan hukuman yang berat dan diharapkan dapat menimbulkan efek jera pada pelaku dan membuat calon pelaku berpikir ulang seribu kali.

Apa kendala dan tantangan dalam penanganan child abuse?
Pandangan bahwa anak sepenuhnya dalam penguasaan orang tua, sehingga orang tua menganggap kekerasan terhadap anak adalah sah-sah saja. Apalagi kalau orang tua menganggap hal itu sebagai cara dalam mendidik anaknya. Pandangan demikian dianut juga oleh lingkungan sekitarnya, sehingga lingkungan menganggap kekerasan anak dalam sebuah keluarga adalah urusan keluarga itu sendiri. Yang mencuat ke permukaan adalah orang tua yang diusut oleh polisi karena melakukan kekerasan pada anak yang berakibat fatal misal menimbulkan cedera berat atau bahkan sampai kematian. Kondisi seperti sering digambarkan sebagai fenomena gunung es (ice berg phenomen). Sangat mungkin kejadian perlakuan salah terhadap anak jauh lebih banyak, mengingat child abuse and neglect mempunyai spektrum yang luas. Tanpa kita sadari kita juga termasuk salah satu pelakunya, jangan-jangan…

Senin, 04 Mei 2009

Asma (bengek) atau batuk alergi pada anak



Aming, 6 tahun, sore itu datang ke IGD RS diantar oleh orang tuanya karena batuk-batuk sejak kemarin yang belum kunjung sembuh dan belakangan disertai sesak. Orang tuanya sudah memberikan obat batuk di rumah tapi belum ada perbaikan dan ketika timbul juga sesak maka orang tuanya ingat jangan-jangan asmanya kambuh (orang tuanya ingat Aming mengalami serangan asma terakhir pada 3 bulan lalu).
Dokter segera memeriksa Aming, laju nafasnya ketika dihitung 50 kali permenit, ketika bernafas mulai terlihat ada tarikan otot dada dan ketika diperiksa dadanya dengan stetoskop dokter mendengar suara mengi ‘ngik-ngik’ (wheezing) dan juga suara lendir. Segera saja Aming diberikan oksigen dan disiapkan pemberian obat lewat inhalasi (diuap istilah awam) dengan nebulizer. Setelah 2 kali pemberian inhalasi , Aming sudah jauh lebih enak dan tidak sesak lagi. Dokter kembali memeriksa sudah tidak lagi ada wheezing yang terdengar di paru Aming, frekuensi nafasnya pun kembali normal. Berbaring dengan satu bantal, sudah nyaman baginya, padahal sebelumnya dia butuh 3 buah bantal (posisi setengah duduk) untuk bisa berbaring.
Setelah diobservasi selama setengah jam, Aming diperbolehkan pulang dengan dibekali obat yang harus diminum selama masih ada batuk, 4 kali sehari (tiap 6 jam). Tidak lupa dokternya mengingatkan orang tua Aming untuk menghindarkan faktor pencetus asmanya. Belakangan diketahui ternyata Aming kemarin mendapat kue ulang tahun dari temannya seperti chiki, chitos, coklat, wafer dan permen. Aming yang selama ini memang diketahui menderita asma mempunyai faktor pencetus bila makan camilan yang mengandung MSG itu langsung batuk dan asmanya jadi kumat. Selain makanan camilan seperti itu, Aming juga diketahui sensitif dengan debu-debuan. Papanya Aming juga menderita asma sewaktu kecil dulu dan mamanya kalau dingin di pagi hari atau menghirup debu langsung bersin-bersin.
Adiknya yang baru berusia 4 bulan dalam pengobatan ‘eksim susu’ (dermatitis atopik).
Orang tua Aming sudah melakukan penghindaran faktor pencetus di rumah sesuai nasehat dokter, tapi ketika di sekolah adakalanya orang tuanya kecolongan. Aming yang kedua orang tuanya bekerja, pergi dan pulang sekolah diantar pengasuhnya. Pengasuhnya Aming tak bisa berkutik ketika Aming memaksa memakan kue ulang tahun dari temannya.

Ilutrasi cerita diatas merupakan salah satu gambaran serangan asma pada anak dengan segala permasalahannya. Asma pada anak membutuhkan keterlibatan banyak fihak, sehingga anak tidak sering terpapar dengan alergen yang menjadi pencetus asma. Pengendalian faktor pencetus (avoidance) adalah langkah utama yang harus dilakukan oleh orang tua. Selama hal tsb tidak dilakukan, maka anak kerap mendapat serangan asma dan anak akan berulangkali berobat atau dirawat di rumah sakit.

Apakah asma merupakan penyakit yang sering menimpa anak ?
Ya, asma merupakan salah satu penyakit paru yang sering diderita oleh anak, selain infeksi saluran nafas akut dan tuberkulosis (tbc). Asma yang merupakan penyakit alergi saluran nafas pada umumnya dimulai sejak dari masa anak-anak. Asma dapat berakibat anak tidak masuk sekolah, terbatasnya kegiatan olahraga atau aktivitas bersama keluarga. Kecendurungan asma meningkat akhir-akhir ini diperkirakan karena meningkatnya industri dan pemilikan kendaraan bermotor yang berdampak pada tingginya polusi. Selain itu perubahan pola hidup termasuk pola makan/pola jajanan pada anak juga memberi andil.

Bagaimana definisi asma yang dianut sekarang ?
Kalangan dokter anak menggunakan definisi praktis : asma sebagai serangan batuk/sesak yang dapat disertai dengan mengi, di dunia internasional definisi yang dipakai sebagai berikut : wheezing (mengi) berulang atau batuk persisten (batuk lama, batuk berlanjut) dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan. Di Indonesia menurut buku Pedoman Nasional Asma Anak-Anak (2004) definisi asma adalah : wheezing (mengi, suara khas : ‘ngik-gik’) dan atau batuk dengan karateristik sebagai berikut : timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, ada faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel (pulih kembali) baik secara spontan atau dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi (penyakit alergi) lain pada pasien ataupun pada keluarganya dimana sebab-sebab lain sudah disingkirkan. Definisi diatas memang cukup panjang uraiannya tetapi dapat memandu dokter anak menentukan seorang anak berpenyakit asma atau bukan.
Pengertian batuk kronik atau berulang adalah batuk yang berlangsung lebih dari 14 hari dan atau 3 atau lebih episode dalam 3 bulan berturut-turut.

Apakah yang terjadi pada asma anak ?
Asma adalah proses inflamasi atau proses imunologik (alergi) yang khas yang melibatkan otot dinding atau saluran nafas dan peningkatan reaktivitas saluran nafas (hiperaktivitas). Reaksi inflamasi tersebut akan mengakibatkan penyempitan dinding saluran nafas (dinding bronkus atau bronkiolus berkontraksi menyempit disertai penebalan otot) yang membuat saluran saluran udara terganggu (obstruksi). Kondisi ini diperberat lagi dengan hipereaktivitas pada dinding saluran nafas yang memproduksi sekret atau lendir (mukus) yang kental dan banyak.

Betulkah pada anak-anak, gejala batuk-batuk saja sudah merupakan gejala asma ?
Ya, memang demikian dan ini memang membedakan dengan asma pada orang dewasa! Pada anak-anak keluhan batuk-batuk lama atau berulang harus dipikirkan kemungkinan asma.Seperti definisi diatas, batuk lama atau berulang disertai dengan gambaran khas : hanya malam/dini hari (atau kalau malam batuknya lebih sering), pada musim tertentu saja, diketahui faktor pencetusnya, apalagi juga ada riwayat alergi lain pada dirinya dan keluarganya menuntun kita ke arah diagnosis asma. Bila dengan pengobatan bronkodilator (misal : salbutamol atau terbutalin dsb) serta kortikosteroid (prednison,metil prednison dsb) responnya baik, makin memperkuat diagnosis asma pada anak. Hanya saja selain memikirkan asma, pada anak dengan keluhan batuk lama atau berulang, jangan lupa untuk memikirkan kemungkinan tbc paru pada anak (orang tua mengenal sebagai penyakit ‘plek’ paru). Untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, foto rontgen dada maupun tes tuberkulin (tes mantoux) untuk mencari kemungkinan tbc pada anak. Bisa saja pada akhirnya anak diketahui selain punya asma, juga penyakit tbc.
Bila anak datang dengan serangan gejala asma yang jelas seperti sesak disertai wheezing atau mengi (baik yang dapat didengar lewat stetoskop maupun tanpa stetoskop pada asma yang berat) dan respon dengan pengobatan asma baik, maka diagnosa asma sudah bisa ditegakkan tanpa perlu pemeriksaan diagnostik lebih lanjut.

Faktor-faktor pencetus apa saja yg dapat menimbulkan asma pada anak ?
Banyak hal yang dapat menjadi faktor pencetus asma pada anak. Mulai dari polusi, debu rumah, asap rokok, infeksi, asap obat nyamuk, makanan/minuman, hawa dingin, pergantian cuaca, bulu/serpihan kulit hewan tertentu, obat-obatan dan jangan lupa dengan faktor kelelahan. Faktor-faktor tersebut bersifat individual, artinya setiap anak punya sensitivitas sendiri-sendiri,. Ada anak yang asmanya dapat dicetuskan oleh debu rumah, asap rokok, terhirup bulu hewan tapi ada juga karena makanan atau minuman tertentu, karena pergantian cuaca atau mungkin karena kelelahan.
Dari semua faktor tadi faktor debu rumah adalah yang paling sering mencetuskan asma pada banyak anak. Sebenarnya bukan debu rumahnya yang menjadi faktor utama pencetus, tapi dalam debu rumah hamper selalu ada yang dinamakan tungau debu rumah. Tungau debu rumah inilah yang diketahui jadi faktor pencetus atau alergen utama anak yang asma.

Jadi bagaimana orang tua menyikapi faktor-faktor pencetus tadi ?
Pasien asma yang baru pertama kali datang ke seorang dokter anak, maka orang tuanya akan dibombardir berbagai pertanyaan oleh dokter tersebut. Dari mulai karakteristik mengi atau batuknya, riwayat batuk/menginya sampai keadaan tertentu yang membuat si anak mendapat serangan asma. Selalu dokter menanyakan faktor pencetus yang menimbulkan serangan sama pada anak dan biasanya orang tua dengan jeli menunjukkan faktor pencetus tersebut. Cukup sering orang tua yang berujar ‘wah dok anak saya kalau kena debu rumah langsung batuk dan sesak’ atau ‘ anak saya timbul asma kalau menghisap asap rokok atau asap obat nyamuk’. Atau banyak juga yang bilang ’ wah anak saya itu langsung batuk dan kumat asmanya kalau habis makan makanan camilan tertentu (seperti chiki, chitatoes, coklat, permen dsb) atau habis minum minuman dingin seperti teh botol atau fanta dingin.
Hampir semua orang tua dapat mengidentifikasi faktor pencetus anaknya dan karenanya orang tua harus berusaha menghindarinya.

Bisakah dokter memberikan tips praktis penghindaran faktor pencetus tadi?
Penghindaran faktor pencetus untuk mudahnya dibagi atas penghindaran zat-zat yang membuat alergi (alergen) antara lain :

a. Penghindaran alergen makanan/minuman : orang tua yang curiga jenis makanan tertentu sebagai faktor pencetus maka di anjurkan untuk menghindarkan makanan tersebut. Pada anak umur 3 tahun penyebab utamanya antara lain susu dan telur. Sementara pada anak yang lebih besar antara lain kacang-kacangan, buah, cokelat, ikan, telur dan juga makanan/jajanan yang mengandung MSG (vetsin) tinggi. Bila makanan tersebut merupakan makanan pokok, maka harus diganti dengan jenis makanan lain yang gizinya setara. Kesulitannya : terkadang orang tua tidak selalu mengontrol makanan atau jajanan anaknya. Temannya disekolah, tetangga atau kakek neneknya diam-diam memberikan makanan atau minuman yang jadi pencetus asmanya (yang sering pada anak adalah camilan spt chiki, chitos, potatos, mie remes, cokelat, permen, minuman dingin dsb).
b. Penghindaran alegen inhalan (hirupan) : debu rumah yang banyak mengandung tungau debu rumah merupakan faktor pencetus utama serangan asma. Selain debu rumah ada cukup banyak alergen hirup seperti : bulu binatang, kapuk, wol dan tepung sari bunga (terutama di negara yang mempunyai 4 musim). Oleh karenanya orang tua harus menghindari anak terpapar dengan debu dan bahan-bahan tersebut antara lain : menjauhi anak ketika rumah sedang disapu, rumah atau kamar yang sedang disapu langsung dipel basah/lampit yang menumpuk debu, mebel kursi tidak dengan bahan kain, bantal atau kasur tidak boleh dari bahan kapuk, mengganti sprei, selimut atau bungkus bantal secara berkala, mencuci korden paling tidak 2 minggu sekali, boneka mainan jangan terbuat dari kain dan selalu mengelap mainannya sehari-hari. Bila serpihan kulit atau bulu hewan tertentu (kucing, anjing, ayam, burung dll) diketahui sebagai faktor pencetus juga, maka keluarga sebaiknya tidak memelihara hewan tersebut.
c. Penghindaran bahan iritan (bahan kimia yang mengiritasi saluran nafas) : bahan iritan seperti semprot rambut, parfum, asap rokok, obat nyamuk, bahan kimia dan bermacam polutan dapat menjadi faktor pencetus juga. Untuk itu bagi orang tua yang merokok dianjurkan untuk berhenti merokok atau tidak merokok di dekat anak yang asma. Secara umum penghindaran terhadap bahan iritan yang cukup sering dirumah seperti asap obat nyamuk, asap dapur dsb harus dilakukan bila di rumah ada penderita asma. Adakalanya orang tua harus berpindah rumah karena rumah yang ditinggali selama ini persis di tepi jalan besar yang banyak debu dan polutan kendaraan bermotor.
d. Penghindaran infeksi virus : infeksi virus diketahui merupakan salah satu pencetus serangan asma. Oleh karenanya seorang penderita asma harus dijauhi dari yang sakit yang sehingga tidak tertular. Orang yang sedang sakitpun dianjurkan untuk tidak kontak dengan anak asma atau setidaknya menggunakan masker untuk mencegah penularan.
e. Penghindaran latihan fisk yang berat : pada anak yang asma dicetuskan oleh aktifitas yang berat (exercice induced asthma), maka orang tua dan guru harus pandai-pandai membatasi aktifitas anak. Dianjurkan pada anak asma yang akan melakukan aktifitas berat untuk melakukan pemanasan yang cukup dan pemberian obat sebelum latihan fisik. Selain faktor pencetus tadi ada beberapa keadaan yang memperberat keluhannya atau mencetuskan serangan asma seperti faktor musim (hujan, panas, pancaroba) dan faktor tempat (gunung, laut, sekolah, menginap ditempat lain dsb). Keadaan tersebut harus juga dipertimbangkan pada anak yang asma.

Apakah asma mempunyai pembagian derajat penyakit maupun derajat serangan asma ?
Ya di klinik, seorang dokter anak akan melakukan wawancara dan pemeriksaan untuk menentukan klasifikasi derajat penyakit. Berdasarkan parameter seperti frekuensi serangan, lama serangan, intensitas, gejala diantara 2 serangan, pemeriksaan fisis, kebutuhan obat pengendali dan uji fungsi paru maka asma dibagi menjadi 3 yaitu asma eposodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten.
Selain klasifikasi derajat penyakit, anak yang datang ke RS dengan serangan asma dilakukan penilaian derajat serangan dengan melihat gambaran sesaknya, posisi baring, bicara, kesadarannya, menginya, frekuensi nafasnya, frekuensi nadinya dll. Dokter selanjutnya akan menilai derajat serangan, dapat berupa serangan asma ringan, sedang, berat dan ancaman berhenti nafas. Pembagian derajat penyakit asma menentukan pengobatan jangka panjang pasien. Sedangkan pembagian derajat serangan untuk menentukan pengobatan pada fase akut dimana pasien datang dibawa keluarganya untuk mencari pertolongan. Dengan melakukan penilaian klinis tersebut diharapkan anak yang asma dapat ditangani dengan cepat dan tepat terhindar dari kematian yang mengancam.

Apakah asma dapat berlanjut menjadi dewasa ?
Sebuah studi longutidinal (pengamatan jangka jangka) menunjukkan bahwa kurang lebih dari setengah dari pasien yang serangannya ringan dan jarang akan bebas asma pada masa pubertas atau usia dewasa. Tapi pada kelompok yang mendapat serangan asma sewaktu kecil sebagian besar akan menetap sampai dewasa. Anak dengan asma adakalanya membutuhkan pengobatan jangka lama untuk mengendalikan serangan asmanya disamping penghindaran faktor pencetus. Pada sebagian besar cukup dengan penghindaran faktor pencetus dan meminum obat selagi ada keluhan saja. Ini diberikan pada asma ringan atau asma episodik jarang yang salah atau kriterianya adalah frekuensi serangan asmanya jarang yaitu tiap 2 bulan atau lebih.

Bagaimana prinsip pengobatan asma pada anak ?
Pengobatan asma secara umum dibagi 2 yaitu pengobatan waktu serangan asma (akut) dan pengobatan jangka panjang.
Anak yang datang dengan serangan asma (dapat berupa batuk-batuk lama atau disertai mengi) diberikan obat golongan β2 agonis seperti salbutamol (nama dagang al : ventolin) atau terbutalin (nama dagang al : bricasma). Obat dapat diberikan dengan dihirup (inhalasi) atau per oral. Obat hirup dapat diberi lewat obat hirupan (inhaler) atau memakai alat nebulizer, orang tua mengenalnya sebagai terapi uap (‘diuap’) atau ‘diasapi’. Obat-obat tersebut berfungsi untuk melonggarkan saluran nafas dan memperbaiki pengeluaran mukus (lendir). Selain obat β2 agonis dapat juga diberikan obat golongan xantin seperti teofilin atau aminofillin. Pada asma serangan ringan dengan inhalasi 1x saja sudah membantu, selanjutnya dokter membekali pula dengan kedua obat tersebut ditambah dengan pengencer dahak seperti bromheksin (nama dagang al : bisolvon, mucosolvan dsb) dan steroid dosis rendah yang diberikan dalam racikan atau obat sirup. Tetapi pada serangan asma yang lebih berat selain dilakukan inhalasi dengan obat β2 agonis tiap 2 – 4 jam, diberikan juga suntikan steroid (dexametason, hidrokortison dsb) dan aminofilin yang diberikan lewat suntikan atau drip lewat infus. Anak harus dirawat disertai pemberian oksigen sampai sesaknya hilang.
Selain pengobatan pada waktu serangan (akut), anak asma sesuai kategori derajat penyakit akan ditentukan apakah butuh obat jangka panjang. Anak dengan asma episodik jarang (ringan) cukup dengan obat pereda (dikenal sebagai obat reliever) yang ada, obat diminum bila ada gejala saja. Pada asma episodik sering (salah satu kriterianya : serangan asma lebih dari 1 x tiap bulannya), maka dokter anak mempertimbangkan untuk pemberian obat β2 agonis hirupan (inhaler) sebagai controller. Bila ada kecenderungan memberat, diindikasikan untuk pemberian inhaler sreroid dosis rendah (budesonid,flutikason). Sementara pada asma yang berat atau asma persisten dimana salah satu kriterianya antara lain : serangan asmanya sering dan barat, selalu ada mengi, keluhan sepanjang tahun dan tidur maupun aktivitas sehari-hari terganggu hampir dipastikan anak membutuhkan steroid inhalasi (budesonid) yang dipakai setiap hari. Kadangkala ditambahkan obat lain bila dengan steroid inhalasi dengan dosis tnggi belum juga membantu.
Kendala dalam penggunaan inhaler (metered dose inhaler) pada anak adalah tidak setiap anak mahir menggunakan alat tersebut. Untuk itu adakalanya dibutuhkan tambahan alat untuk mensiasatinya misalnya dengan penggunaan spacer. Orang tua bisa juga memakai alat nebulisasi (nebulizer) untuk memberikan terapi inhalasi dimana anak dapat menghirup dengan gampang obat lewat alat tsb tanpa manuver khusus. Sayangnya tidak semua obat asma tersebut tersedia dalam bentuk cairan atau larutan yang diperlukan oleh alat nebulizer tersebut.

Apakah berenang atau menghirup udara laut dipagi hari membantu penyembuhan asma ?
Tergantung setiap anak, bila yang bersangkutan hanya diketahui sensitif dengan debu atau makanan tertentu saja, menghirup udara laut di pagi hari atau berenang boleh-boleh saja untuk kebugaran tubuhnya. Selain itu berenang dianjurkan karena dengan berenang otot-otot pernafasan menjadi terlatih, sehingga waktu serangan asma ia dapat menggunakan otot-otot tersebut seefektif mungkin. Tapi kalau diketahui asmanya menjadi lebih berat karena cuaca/suhu dingin maka membawa anak ke pantai pada pagi hari yang dingin atau berenang sepuasnya membuat keluhan asmanya menjadi berat atau tercetus serangan asmanya.

Selain pengobatan tadi, apa lagi yang penting harus diketahui orang tua ?
Tugas dokter anak adalah melakukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) sehingga keluarga memahami penanganan asma tidak hanya mengobati pada waktu ada serangan atau keluhan saja. Hal yang terpenting adalah pendidikan pada keluarga seperti cara minum/pemakaian/dosis obat yang dianjurkan dan penghindaran faktor pencetus.
Sering kali dokter memberikan obat yang harus diminum selama anak masih batuk setiap 6 jam agar kadar obat merata sepanjang hari, tapi orang tua seringkali tidak bisa memberikan obat pada waktu tengah malam dengan alasan anak sudah tidur atau orang tua yang enggan bangun tengah malam. Selain itu anak maupun orang tidak tahu cara penggunaan inhaler dengan benar. Pada orang tua yang menggunakan nebulizer, bisa saja orang tua memberikan dosis yang kurang atau lebih. Karenanya orang tua penderita asma jangan sungkan untuk berkomunikasi dengan dokternya.
Last but not least adalah penghindaran faktor pencetus (avoidance). Ketidakmampuan menghindarkan faktor pencetus adalah salah satu yang membuat anak dengan keluhan asma atau batuk yang lama dan membuat orang tua sering berganti dokter dengan alasan batuk atau asmanya tidak sembuh-sembuh. Seandainya obat sudah digunakan dengan benar dan penghindaran faktor pencetus sudah maksimal dilakukan tapi belum ada perbaikan juga, maka pikirkan adanya faktor yang mempersulit penyembuhan seperti sinusitis atau rhinitis pada anak.
Alhasil memang penanganan asma pada anak membutuhkan kerjasama antara dokter dan orang tua dan ketelatenan dan kesabaran keluarga.
Ingat : Asma tidak langsung bisa di sembuhkan, tapi dia dapat dikendalikan. Semoga anak kita dapat selalu bernafas dengan lega dan menghirup oksigen sesukanya!