Minggu, 05 April 2009

Anemia : apa sekedar kurang darah ?


Ibu Inul mempunyai seorang anak laki-laki usia 8 tahun yang kondisinya sudah cukup lama menggayut pikirannya.Anak yang bernama Adam itu tampak kurus, tidak seperti anak seusianya, berat badannya 19 kg saja. Makanannya itu lho, suka pilih-pilih dan banyak makanan yang sebenarnya bergizi tinggi yang tidak disukanya. Sayur-sayuran dan buah tidak doyan, hati dan daging juga tidak teralu suka, yang rutin hanya susu tapi cuma 2 kali sehari. Makan sehari hari seringnya cuma 2 kali, diluar itu dia tahan lapar. Kalaupun ada makanan lain yang bisa masuk paling hanya makanan ringan saja. Hal ini sudah berlangsung hampir 2 tahun ini. Bu Inul tambah risau karena belakangan Adam terlihat kurang bergairah, sering mengeluh pusing dan lemas, juga merasa cepat lelah. Prestasi beljar di sekolah belakangan menurun, gurunya bilang Adam agak sulit menangkap pelajaran. Kalau diperhatikan lebih seksama Adam tampak kelihatan pucat. Karenanya, bu Inul segera membawa ke seorang dokter anak untuk diperiksakan lebih lanjut. Setelah mewawancara bu inul dan juga adam, dokter memeriksa fisik Adam,kelopak mata bawah dibuka dan diperhatikan benar dilanjutkan pemeriksaan fisis lain. Dokter memberitahukan bu Inul kalau Adam memang pucat yang merupakan gejala anemia, juga diberitahukan setelah dokter memplot di grafik berat badan, Adam termasuk gizi kurang. Untuk menelusri lebih lanjut, mak dokter memberikan pengantar untuk pemeriksaan lab untuk memeriksa darah lengkap, morfologi darah dan kadar besi dalam darah. Kuat dugaan Adam menderita anemia defisiensi zat besi...

Ilustrasi kasus diatas menggambarkan seorang anak dengan masalah anemia yang dialaminya. Kebanyakan anemia di Indonesia adalah anemia defisiensi khususnya anemia defisiensi zat besi dan asam folat. Masalah gizi pada anak masih sering ditemui, karenanya anak yang pucat tanpa ada dugaan penyebab lain, maka besar kemungkinan dia anemia defisiensi.
Anemia sendiri banyak faktor penyebabnya dan penanganan anemia disesuaikan dengan penyebab masing-masing.

Apa yang dimaksud dengan anemia ?
Anemia sebenarnya bukan penyakit, tapi anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah berkurang atau kadar hemoglobin seseorang kurang dari normal. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan tugas seorang dokter untuk menelusurinya.
WHO
membuat kriteria anemia pada anak sebagai berikut : pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun bila kadar Hb < 11 g/dl, umur 6-14 tahun bila Hb < 12 g/dl dan usia di atas 14 tahun bila Hb < 13 g/dl. Dengan melihat kriteria diatas, maka anemia bukan sekedar masalah volume darah, bisa saja volume darah normal tetapi bila kadar Hb kurang dari normal tetap dikatakan anemia.

Dapatkah dijelaskan lebih lanjut tentang hemoglobin dan apa fungsinya ?
Hemoglobin adalah bahan yang ada dalam sel darah merah manusia yang bertugas mengikat oksigen yang berasal dari paru-paru untuk didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin ini dibuat di dalam sumsum tulang sebagaimana halnya komponen darah yang lain. Pembuatan hemoglobin ini membutuhkan berbagai protein, mineral dan zat lainnya untuk mematangkan pembentukan sel darah merah.
Kadar hemoglobin yang rendah mengakibatkan kemampuan transportasi oksigen ke berbagai organ menjadi terganggu dan akibat yang jelas bagi anak adalah terganggunya pertumbuhan disamping akibat yang lain.

Ada berapa jenis anemia dan apa penyebabnya ?
Ya, ada beberapa jenis anemia yang dikaitkan dengan faktor penyebabnya. Pertama : anemia yang disebabkan karena terdesaknya sistim eritropoitik (sistim pembentukan sel darah merah) oleh sel-sel ganas pada kasus lekemia (dikenal sebagai kanker darah). Kedua : anemia defisiensi, terjadi karena kurangnya pembentukan sel darah merah akibat kurangnya bahan-bahan yang diperlukan seperti protein, zat besi, asam folat dan mineral lain. Di Indonesia yang tersering adalah anemia defisiensi besi dan defisiensi asam folat. Ketiga : anemia hemolitik, karena terjadinya proses hemolisis (pemecahan sel darah merah) secara berlebihan dalam pembuluh darah. Penyebab hemolisis bisa karena kelainan bawaan pada sel darah merah spt thalasemia, anemia sel sabit, sferositois dan kekurangan enzim untuk mempertahankan metabolisme sel darah merah. Faktor di luar eritrosit terjadi karena kasus keracunan (misal bisa ular), infeksi (seperti pada malaria atau sepsis) dan reaksi imunologik seperti pada ketidakcocokan golongan darah dan reaksi transfusi darah. Keempat : anemia aplastik, terjadi karena sumsum tulang sebagai ‘pabrik’ tidak mau bekerja membentuk sel darah merah dan sel darah yang lain. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi yang berat, intoksikasi obat-obatan dan logam tertentu. Kelima : anemia pasca perdarahan, kekurangan sel darah merah akibat perdarahan baik perdarahan terbuka yang dapat kita lihat (seperti pada kasus trauma) maupun perdarahan tersembunyi seperti pada perdarahan saluran cerna (polip anus, divertikulosis) dan infeksi cacing tambang.
Dari berbagai jenis anemia yang tersering adalah anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak dengan masalah gizi yang manahun (kronis). Selain itu anemia hemolitik karena thalasemia cukup sering kejadiannya di Indonesia.

Gejala apa yang timbul pada anak dengan anemia ?
Yang pertama terlihat pada anak anemia adalah gejala pucat. Pucat ini dapat dilihat dari kelopak mata bagian dalam, muka, bibir, telapak tangan dan penampang kuku. Anak juga akan sering mengeluh pusing, lemas, tidak bergairah dan cepat merasa lelah. Kerena kondisi demikian anak jadi malas belajar, sering terkantuk-kantuk di kelas, dan tak bisa konsentrasi dalam menerima pelajaran. Anak dapat mundur prestasi belajarnya bahkan sampai tidak naik kelas. Selain itu anak juga menurun daya tahan tubuhnya. Anak mudah sakit-sakitan dan bila berlangsung lama, pertumbuhan anak dapat terganggu. Pada pemeriksaan fisis, seorang anak yang anemia karena lekemia,, selain pucat didapatkan juga pembesaran organ hati dan limfa (organomegali). Demikian pula pada anemia karena thalasemia, dapat terjadi pembesaran organ terutama limfa (splenomegali).
Bila menemukan anak dengan kondisi seperti ini, segera periksakan kadar Hemoglobin (Hb) dan dilanjutkan dengan penelusuran kemungkinan penyebabnya.
Untuk kepentingan penelusuran tersebut, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya dapat semakin banyak seperti pemeriksaan kadar besi dalam darah (serum iron), morfologi darah, analisa Hb, punksi sumsum tulang (BMP) dll.

Bagaimana pengobatan anemia pada anak ?
Pengobatan anemia tergantung penyebabnya. Pada anemia karena proses lekemia, maka anak mendapat terapi lekemia dalam jangka waktu yang lama. Pengobatan ini memakai protokol pengobatan yang sudah ditentukan, menggunakan obat sitostatik yang keras ditambah lagi dengan terapi radiasi. Untuk jangka pendek bila kadar Hbnya turun drastis, adakalanya dilakukan transfusi darah.
Pada anemia defisiensi, maka anak diberikan zat besi atau asam folat dalam waktu tertentu. Zat besi (sulfas ferosus) yang diberikan dalam 1-2 minggu diharapkan dapat meningkatkan Hb 1 g/dl. Jadi tergantung kadar Hb anak, bila jauh dibawah normal, anak perlu minum zat besi sampai berminggu-minggu.
Pada anemia hemolitik khususnya Thalesemia yang cukup sering, anak harus mendapat transfusi darah secara rutin paling tidak setiap bulan. Anak praktis seumur hidup tergantung dengan transfusi .
Pada anemia aplastik dimana bukan hanya sel darah merah saja yang kurang, tapi juga yang lain seperti lekosit (lekopenia) dan trombosit (tromsitopenia), maka transfusi sel darah merah atau trombosit sering dilakukan apalagi bila ada perdarahan. Anak dengan anemia aplastik harus dihindari juga dari infeksi karena infeksinya akan menjadi lebih berat dan memicu perdarahan. Hal ini terjadi karena anak juga kekurangan sel darah putih (lekopenia) dan infeksi ternyata membuat jumlah trombosit mekin menurun. Anak penderita anemia aplastik selanjutnya membutuhkan obat kortikosteroid (prednison, metilprednisolon) dalam jangka waktu lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Pada anemia karena perdarahan : penanganannya dengan mengatasi penyebab perdarahannya. Darah yang banyak keluar karena trauma, harus segera digantikan disamping menghentikan sumber perdarahannya. Sementara kalau ada perdarahan saluran cerna karena polip usus atau divertikulosis, maka harus dilakukan operasi. Bila diketahui ada infeksi cacing tambang maka diberikan obat cacing seperti pirantel pamoat.

Terakhir bagaimana pencegahan anemia pada anak ?
Kembali lagi pada faktor penyebab anemianya. Pada anemia karena proses keganasan misalnya, sulit untuk mencegahnya sebab lekemia sendiri adalah proses keganasan sel darah yang tidak bisa diduga sebelumnya. Demikian pula halnya dengan anemia aplastik mengingat penyebabnya sendiri masih kontroversial.
Walau begitu pada anemia defisiensi, anemia hemolitik pada kasus thalasemia atau anemia perdarahan karena infeksi cacing tambang, langkah pencegahan bisa dilakukan. Untuk mencegah anemia defisiensi besi atau folat dapat dilakukan dengan pemberian makanan bergizi tinggi semacam daging, ikan, sayuran hijau, telur, buah-buahan dsb. Pencegahan anemia defisiensi sesungguhnya sudah dilakukan sejak anak masih dalam kandungan dengan memperhatikan makanan ibu hamil. Setelah dilahirkan, anak usia 4 bulan atau 6 bulan anak sudah membutuhkan makanan pendamping ASI yang menyuplai zat besi sesuai kebutuhannya.
Pada anemia hemolitik karena penyakit bawaan seperti thalasemia, pencegahan dilakukan ketika pasangan yang ingin menikah dianjurkan melakukan konseling pra nikah (pre marital counceling). Dalam rangka itu, masing-masing pasangan diperiksa darahnya untuk mencari kemungkinan pembawa Thalasemia (thalasemia minor). Bila masing-masing pasangan pembawa sifat thalasemia, maka 25 persen anaknya kemungkinan akan menjadi thalasemia. Jadi untuk mencegahnya dianjurkan pada pasangan tersebut untuk membatalkan pernikahannya atau tetap melanjutkan pernikahan dengan segala resikonya. Bisa juga tetap menikah dengan segala resikonya atau berkomitmen tak punya anak dan cukup mengadopsi anak.
Untuk anemia karena perdarahan akibat infeksi cacing tambang, maka upaya pencegahannya adalah membiasakan minum obat cacing setiap 6 bulan, terutama pada anak-anak yang masih senang bermain di tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar