Minggu, 29 Maret 2009

Gondongan (Parotitis, mumps) yang 'menyakitkan'...


Ketika seorang temannya terkena gondongan, maka satu persatu temannya Bobi terkena juga. Bobi, anak kelas 4 SD itu akhirnya juga tertular dan itu membuat Bobi merasakan nyeri yang sangat pada kedua pipinya karena bengkak dan nyeri nyut-nyutan, apalagi kalau disentuh dia akan menjerit. Bobi juga merasa nyeri kalau mengunyah karena harus menggerakkan rahang dan otot pipinya. Benar-benar Bobi jadi uring-uringan, belum lagi dia seharian harus di rumah tidak boleh menjumpai teman-temannya. Adiknya membuat Bobi jengkel karena sang adik meledek kakaknya seperti ‘Gajah Mada’. Ketika obat penghilang nyeri diminum, maka rasa nyerinya akan berkurang tetapi ketika efek obat habis, maka keluhannya kembali terasa. Ibunya yang mendampingi Bobi merasa iba melihat anaknya, karena ketika Bobi tidur dia suka merintih kesakitan. Untunglah setelah 1 minggu bengkaknya mengempis dan keluhan nyerinya jauh berkurang. Setelah benar-benar mengempis bengkaknya dan tak ada lagi nyeri serta wajahnya kembali seperti’ format’ semula, Bobi barulah kembali bersekolah. Amit-amit jangan sampai kena gondongan lagi, kata Bobi. Tenang aja Bobi, gondongan cukup sekali saja kok dan itu akan membuat kekebalan seumur hidup.

Gondongan adalah istilah bahasa Indonesia untuk penyakit parotitis epidemika (bahasa Inggrisnya : mumps). Penyakit ini kerap mengenai anak-anak dan cepat menyebar di kalangan mereka. Bengkak pada satu sisi atau kedua sisi pipi dan nyeri berdenyut membuat anak menjadi rewel. Belum lagi anak juga kesulitan mengunyah karena membuatnya bertambah nyeri. Ibu yang mendampingi anaknya yang sakit merasakan betul betapa repotnya mengurus anak yang gondongan. Sekalipun kelihatannya menghebohkan, penyakit ini sembuh sendiri (self limiting disease), tidak menimbulkan akibat yang fatal dan sangat jarang menimbulkan komplikasi.

Apakah kuman penyebab gondongan atau parotitis ?
Kuman penyebabnya adalah virus dari golongan paramyxovirus. Kuman ini ditularkan melalui droplet atau percik ludah/batuk penderita. Masa inkubasi berkisar 14 sampai 24 hari. Masa penularan cukup lama yaitu 6 hari sebelum timbul pembengkakan sampai 9 hari sesudahnya. Penyakit ini sering menimpa anak-anak pada usia 5-9 tahun dan cepat menularkan dalam satu keluarga, satu kelas maupun antar tetangga. Pada orang dewasa yang kontak erat dengan penderita dan belum pernah terkena atau belum pernah divaksinasi dapat juga terkena, misal ibu yang tertular dari anaknya atau pengasuh anak yang tertular dari anak yang diasuhnya. Gejala pada orang dewasa biasanya lebih berat. Sekali terinfeksi, seseorang akan memperoleh kekebalan seumur hidup.

Pada gondongan, organ apa yang terkena ?
Infeksi ini menyerang kelenjar air liur atau kelenjar parotis yang terletak di bagian bawah bawah telinga sebelah depan. Selanjutnya timbul pembengkakan pada kelenjar tersebut dapat satu sisi (unilateral) atau 2 sisi (bilateral). Akibat pembengkakan tersebut bagian bawah daun telinga jadi terangkat ke atas.

Bagaimana perjalanan penyakit ini ?
Sebelum timbul pembengkakan pada kelenjar air liur, didahului gejala awal atau prodromal yang tidak khas seperti nyeri otot (mialgia), penurunan nafsu makan, lemas, nyeri kepala dan demam ringan. Setelah itu timbul pembengkakan pada kelenjar air liur pada satu sisi atau dua sisi. Bengkak berwarna kemerahan tersebut menimbulkan nyeri baik spontan atau bila disentuh, juga ketika penderita mengunyah makanan dan bertambah nyeri kalau makan atau minum yang asam.
Gejala akan berkurang setelah 1 minggu dan menghilang setelah 10 hari.

Apa yang harus diperhatikan pada anak yang terkena gondongan ?
Karena penyakit mudah menular melalui droplet atau percikan ludah/batuk, maka anak harus ‘diisolasi’ dan beristirahat di rumah. Anak yang sakit harus dijauhi dari orang lain, utamanya mereka yang belum terkena atau belum pernah divaksin gondongan. Karenanya anak tidak masuk sekolah dulu sampai kurang lebih 1 minggu. Selain itu karena anak kesakitan bila mengunyah, maka makanan yang diberikan sebaiknya dalam bentuk yang lunak. Hindari untuk sementara makan/minum yang bersifat asam.

Komplikasi apa yang dapat perjadi pada anak gondongan ?
Komplikasi umumnya terjadi pada anak dengan gizi kurang, dimana yang tersering adalah radang testis (orchitis) yang untungnya jarang sekali menimbulkan kemandulan. Komplikasi yang lain jarang terjadi misal pankreatitis, artritis, nefritis, tiroiditis dan meningoensefalitis

Bagaimana pengobatan dan pencegahannya ?
Anak gondongan harus istirahat total di rumah dan ‘diisolasi’ untuk menghindari penularan lebih lanjut kepada yang lain. Berhubung sampai sekarang belum ada anti virus yang dapat membunuh virus gondongan ini maka pengobatan yang dilakukan bersifat simtomatik. Untuk menghilangkan demam atau nyeri, dapat diberikan analgetik-antipiretik (obat penghilang nyeri dan demam). Selain obat simtomatik, anak harus harus diperhatikan gizinya. Makanan yang diberikan harus dalam bentuk lunak untuk mengurangi nyeri waktu mengunyah.
Pencegahan bagi anak yang belum terkena adalah menghindari kontak dengan penderita dan bila memungkinkan dilakukan vaksinasi. Sayangnya vaksin untuk gondongan yang digabung dengan campak dan rubela (MMR : Measles, Mump, Rubella) masih relatif mahal.

Apakah ‘belao’ (bahan tambahan untuk mencuci) dapat mengurangi keluhan ?
‘Belao’ tidak terbukti mengurangi keluhan nyeri, tapi diduga hanya memberi sugesti pada anak. Selama bahan tersebut tidak menimbulkan reaksi pada kulit, silahkan saja orang tua melaburi bengkak di pipi anaknya dengan belao. Memang sulit untuk menghentikan kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan oleh orang-tua kita.

Tips apa untuk orang tua yang anaknya menderita gondongan ?
Untuk ibu yang belum pernah terkena gondongan, masih berpotensi untuk tertular. Dan kalau terpaksa harus mendampingi anaknya yang sakit, maka tetaplah menjaga kondisi tubuh dengan memakan makanan yang bergizi dan sebaiknya menggunakan masker selama berdekatan dengan sang anak.

1 komentar: