Minggu, 29 Maret 2009

Penyakit hepatitis virus pada anak : apa sekedar sakit ‘kuning’ ?


Didin yang baru duduk di kelas 3 SD, belakangan mengeluh lemas, tidak nafsu makan dan perut yang begah. Kadang-kadang dia juga mual. Ketika dia kencing warnanya coklat tua, padahal sehari-harinya warna kencingnya bening karena sehari-hari dia minum air putih. Bu Rini, ibuya Didin memperhatikan juga kok kulit anaknya jadi agak kuning, warna kuning juga jelas terlihat di putih mata anaknya. Segera saja Didin dibawa ke dokter untuk diperiksakan. Dokter bilang Didin besar kemungkinan terkena penyakit hepatitis. Tapi, dok, Didin khan sudah pernah diimunisasi hepatitis, tanya bu Rini. Ya, tapi imunisasi hepatitis pada Didin untuk hepatitis B, untuk yang ini saya menduga dia terkena hepatitis A yang cukup sering pada anak-anak seusianya. Untuk memastikannya, saya akan beri ibu pengantar lab untuk memeriksa darah Didin. Dari hasil lab itu saya dapat menelusuri penyebabnya, demikian dokternya menjelaskan.
Lalu, dok, apa anak saya harus dirawat ? Nampaknya begitu kerena saya melihat Didin sudah lemas, nafsu makannya berkurang dan ada mual-mual. Yang jelas Didin memang harus istirahat total sampai gejala kuningnya hilang. Selanjutnya bila sudah membaik, Didin bisa beristirahat di rumah dan berobat jalan. Kapan dia bisa sekolah kembali, dok ? tanya bu Rini. Ya setelah kuningnya hilang dan pemeriksaan fungsi hatinya membaik dia boleh sekolah lagi. Hanya saja untuk dapat ikut aktifitas seperti sediakala, butuh waktu sekitar 6 bulan, karena setelah 6 bulan umumnya fungsi hati baru kembali normal. Jadi nanti ketika Didin masuk sekolah, saya akan kasih surat ke sekolah untuk meminta dispensasi agar Didin tidak mengikuti olah raga atau kegiatan sekolah yang berat, demikian dokter mengakhiri penjelasannya.

Sakit kuning adalah sakit yang cukup sering dialami anak-anak. Kebanyakan memang karena penyakit hepatitis virus. Hapatitis virus yang ‘ditakuti’ sekarang adalah hepatitis B dan C. Keduanya dapat menimbulkan proses menahun yang berujung pada sirosis hati dan kanker hati. Sebaiknya setiap anak yang sakit kuning ditelusuri penyebabnya untuk memperkirakan prognosa penyakit (perkiraan kesembuhan atau perjalanan sakitnya). Kendalanya adalah pemeriksaan darah, serologi dan virus marker untuk menelusuri penyebab hepatitis masih mahal dan tidak tersedia di semua fasilitas laboratorium. Pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan di lab RS besar atau lab lengkap di kota-kota besar.
Dapat dibayangkan bila seorang anak kuning yang ternyata hepatitis, tapi virus penyebabnya tak diketahui, maka si anak bisa menjadi carrier (pembawa virus) tanpa ada orang yang tahu. Seseorang yang carrier akan berpotensi menjadi sumber penularan bagi yang lain. Hal lain yang dapat terjadi adalah perjalanan penyakitnya menjadi kronis tanpa pernah diketahui sedari awal dan baru diketahui setelah kelainan hatinya menjadi berat.

Apakah penyakit kuning pada anak selalu disebabkan oleh penyakit hepatitis ?
Kuning atau ikterus (ikterik) pada anak dapat disebabkan oleh berbagai hal, memang paling sering disebabkan oleh penyakit hepatitis, khususnya hepatitis virus. Hepatitis sendiri yang berarti penyakit peradangan /infeksi di hati disebabkan juga oleh bakteri atau amuba. Pada anak bayi yang baru lahir, kuning lebih sering karena ikterus fisiologik, dimana sering kita jumpai bayi harus menjalani terapi sinar biru (blue light therapy)

Kalau begitu kuning pada anak disebabkan oleh apa saja ?
Gejala kuning pada yang dikenal sebagai ikterus dibagi 3 golongan berdasarkan penyebab kuningnya tersebut :

  • Ikterus hemolitik : ikterus yang timbul karena meningkatnya penghancuran sel darah merah. Misal pada keadaan infeksi (sepsis), ketidak cocokan gol darah ibu dengan golongan darah bayi, bayi yang baru lahir (ikterus fisiologik) dsb.
  • Ikterus parenkimatosa : ikterus yang terjadi akibat kerusakan atau peradangan jaringan hati, misal pada penyakit hepatitis.
  • Ikterus obstruktif : ikterus yang timbul akibat adanya bendungan yang mengganggu aliran empedu. Misal pada tumor, kelainan bawaan (atresia bilier), batu pada kandung empedu dsb.

Kuning pada bayi lebih sering karena keadaan apa saja ?
Ya, kuning pada bayi lebih sering karena ikterus fisiologik, infeksi berat (sepsis) dan kholestasis. Khusus pada kholestasis, suatu keadaan dimana aliran bilirubin di kandung empedu terganggu, maka selain gejala kuning ; yang khas pada bayi didapati tinja yang pucat seperti dempul. Pada keadaan ini tinja tidak terwarnai akibat tidak adanya bilirubin yang diproses di kandung empedu dan dialirkan ke saluran cerna.

Kembali ke masalah hepatitis virus, apa saja penyebabnya ?
Ya, pada saat sekarang dikenal pembagian hepatitis virus (selanjutnya disebut hepatitis saja) berdasarkan virus penyebabnya yaitu hepatitis A, Hepatitis B dan hepatitis C (dulu disebut sebagai hepatitis non A non B). Penelitian yang terbaru ternyata menemukan jenis virus hepatitis yang lain, sehingga mulai dikenal adanya hepatitis D sampai hepatitis G.

Pada anak yang tersering hepatitis apa ?
Karena imunisasi hepatitis B sudah menjadi program imunisasi wajib bagi sertiap anak, maka kejadian hepatitis B semakin jarang. Karenanya bila ada anak dengan gejala kuning maka sangat besar kemungkinannya adalah hepatitis A. Pada anak yang sering mendapat suntikan atau produk darah (seperti pada anak thalasemia dan hemofili), maka harus dipikirkan kemungkinan hepatitis C. Demikian pula pada anak yang sudah besar (remaja) dan diketahui kecanduan narkoba, kemungkinan hepatitis B dan C harus dipikirkan juga.

Apa yang paling dikhawatirkan pada anak yang menderita hepatitis ?
Hepatitis A umumnya akan sembuh sempurna tetapi hepatitis B dan C beresiko menimbulkan kerusakan hati yang berlanjut dan lama (hepatitis kronis) yang pada akhirnya menimbulkan sirosis hati sampai kanker hati. Anak yang pada usia dini sudah terinfeksi virus hepatitis B dan C, membuat virus berkesempatan begitu lama merusak hati si anak, dan pada usia yang relatif belum terlalu tua, anak kelak mengalami kelainan hati yang berat tersebut. Karenanya pemerintah melakukan kebijaksanaan imunisasi wajib hepatitis B pada usia sedini mungkin. Bahkan pada bayi yang baru lahir, ketika menjelang pulang ke rumah dapat diberikan vaksinasi hepatitis B yang pertama. Perlindungan sejak dini ini untuk menghindari penyakit hepatitis kronis pada anak yang berakibat fatal pada anak.

Bagaimana cara penularan hepatitis A, B dan C serta berapa lama masa inkubasinya ?
Cara penularan hepatitis A adalah melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh tinja penderita yang mengandung virus hepatitis A (transmisi fekal-oral). Masa inkubasi berkisar 18-50 hari, rata-rata 28 hari (4 minggu). Masa penularan 2-3 minggu sebelum timbul kuning dan 8 hari sesudahnya. Penyakit hepatitis A adalah masalah pada negara berkembang akibat dari buruknya higiene perorangan maupun lingkungan.
Hepatitis B ditularkan terutama melalui parenteral antara lain akibat penggunaan jarum suntik, jarum transfusi dan jarum tindik yang tidak steril (transmisi horisontal). Penularan juga terjadi dari ibu ke janinnya atau bayi yang dilahirkan (transmisi vertikal) dan akibat kontak erat antar keluarga. Masa inkubasi 50-160 hari.
Hepatitis C ditularkan melalui parenteral (lewat jarum suntik atau transfusi), kontak personal (dalam satu keluarga) dan penularan dari ibu ke janin atau bayi yang dilahirkan (transmisi vertikal). Dari kesemua cara tadi, penularan secara parenteral merupakan penularan yang utama karena diketahui sekitar 80 % pasien dengan hepatitis kronis pasca transfusi penyebabnya adalah hepatitis C. Masa inkubasinya rata-rata 7 minggu (antara 3 sampai 20 minggu). Pada hepatitis B dan C, darah maupun cairan tubuh yang tercemar virus adalah bahan yang menularkan ke orang lain melalui cara-cara yang disebutkan tadi.

Lalu apa gejala yang timbul akibat penyakit hepatitis ?
Gejala yang khas memang kuning atau ikterik yang dapat kita lihat jelas di putih mata (konjunktiva), kulit maupun kuku. Tetapi sebelum kuning (masa pra ikterik) anak mengeluh lemas (malaise), nafsu makan menurun, perut yang begah, mual-muntah, rasa tidak nyaman di perut kanan atas, demam, sakit kepala dan gejala seperti penyakit flu (batuk-pilek). Yang khas juga pada hepatitis adalah sebelum kuning, warna urine (kencing) anak menjadi gelap seperti teh botol atau coca cola serta warna tinja yang lebih pucat. Anak yang kuning dan kencing yang berwarna gelap inilah yang sering membuat ibu membawa anaknya ke dokter.
Sayang gejala-gejala tersebut diatas tidak selalu muncul, baik pada hepatitis A, B maupun C. Pada hepatitis A yang tanpa gejala atau asimtomatik sering merupakan sumber penularan bagi anak yang lain. Penyakit hepatitis A sendiri berbeda dengan hepatitis B dan C, tidak akan menjadi kronik dan sembuh sendiri (self limiting disease). Sementara pada hepatitis B dan C perjalanan penyakitnya sering asimtomatik dan menjadi menahun (kronis). Gejala baru mencolok timbul setelah diketahui sirosis hati atau kanker hati. Karenanya pada anak dengan resiko hepatitis B atau C (spt pada anak thalasemia yang rutin transfusi, riwayat sering mendapat suntikan, penggunan narkoba dengan suntikan atau ada dalam keluarga dekat menderita hepatitis B atau C) dengan atau tanpa gejala maka pemeriksaan diagnostik langsung dapat ditujukan kepada penyakit hepatitis B atau C itu.
Pada pemeriksaan fisis, selain ditemukan ikterik (kuning) pada kulit dan putih mata, maka dokter dapat menemukan pembesaran hati (hepatomegali) dan kadangkala nyeri tekan pada bagian perut kanan atas.

Pemeriksaan laboratorium apa yang dilakukan untuk menentukan diagnosis ?
Setelah dokter mewawancarai orang tua atau pasien yang dilanjutkan pemeriksaan fisis, maka dokter akan menganjurkan pemeriksaan laboratorium antara lain kadar bilirubin darah, SGOT/SGPT darah, pemeriksaan serologik dan virus marker untuk menelusuri penyebabnya seperti HBsAg, HBeAg,Anti HBs, Anti HBc, Anti HAV, Anti HCV dsb. Apabila diperlukan dokter melakukan juga pemeriksaan USG perut atau hati.
Berdasarkan penilaian klinis pasien dan hasil lab, maka dokter akan menentukan apakah seorang cukup istirahat total di rumah atau diawat inap di rumah sakit.

Jadi penderita hepatitis tidak selalu dirawat di RS ?
Ya, seorang anak penderita hepatitis tidak selalu dirawat. Anak yang dirawat adalah bila anak mual-muntah hebat yang berakibat anak sama sekali tidak masukan makanan atau minuman, kadar SGOT/SGPT yang meningkat lebih dari 10 kali nilai normal tertinggi ( kadar SGOT/SGPT normal : 12-40 mU/mL). Anak harus dirawat juga bila dijumpai klinis hepatitis fulminan yaitu perjalananan klinis hepatitis yang berat yang ditandai anak yang lemah, ikterik sekali dan kadar SGOT/SGPT yang meningkat pesat sampai terjadi penurunan kesadaran (coma hepatikum).
Jadi bila anak hepatitis tapi masih mau makan dan minum seperti biasa, tidak ada mual atau muntah yang mengganggu, maka anak dapat beristirahat total di rumah. Hanya saja bila orang tua khawatir anak tidak terawasi dengan baik, bisa saja anak akhirnya drawat di RS. Lama perawatan tergantung klinis anak, prinsipnya sampai kuningnya hilang dan fungsi hati kembali normal (dalam hal ini dengan melihat kadar SGOT/SGPT dalam darah). Bila anak sudah tidak kuning lagi tapi kadar SGOT/SGPT sudah menurun tapi belum kembali normal, anak boleh kembali bersekolah tapi dengan pembatasan aktivitas berat. Untuk fungsi hati kembali normal dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Hanya saja pada anak yang akhirnya diketahui menderita hapatitis B dan C yang kronis, kadar SGOT/SGPT tak pernah kembali normal. Selain itu pada hepatitis B yang kronis dapat dijumpai HBsAg dan HBeAg yang menetap.

Apakah penderita hepatitis harus banyak minum sirup ?
Memang dahulu sering anak yang dirawat dengan hepatitis dikirimi berbotol-botol sirup oleh yang menjenguknya (yang terkenal sirup sarang sari !). Padahal anak tidak perlu dipaksa untuk banyak minum sirup. Yang dianjurkan adalah mengkonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi, tidak hanya sirup tapi bisa makanan/minuman lain. Bisa dibayangkan kalau terlalu banyak mengkonsumsi sirup -yang tinggi zat gula atau karbohiratnya- anak akan cepat merasa kenyang dan tidak mengkonsumsi makananan lain yang mengandung protein, lemak dan zat gizi lainnya.
Hanya saja pada anak yang mengeluh mual atau muntah, maka konsumsi lemak dikurangi karena dapat merangsang mual pada pasien.
Anak yang dirawat dengan hepatitis tetap membutuhkan gizi yang seimbang untuk membantu penyembuhannya.

Adakah obat untuk membunuh virus hepatitis tsb ?
Sampai sekarang belum ditemukan obat anti virus untuk ketiga hepatitis tadi. Kalau anak selama perawatan diberikan obat, kebanyakan untuk membantu mengurangi mual dan untuk memperbaiki fungsi hati (hepatoprotector) semacam kurkuma atau ekstrak temu lawak, lesichol dan kolestiramin. Sekarang sudah dikenal obat interferon untuk kasus hepatitis kronis (spt pada hepatitis B dan C) tapi hasilnya belum memuaskan dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu harga obat ini termasuk mahal sehingga tidak semua orang dapat menjangkaunya.

Terakhir, bagaimana mencegah agar anak kita tidak terkena penyakit hepatitis virus ?
Untuk pencegahan, banyak hal dapat dilakukan oleh kita. Pertama : menjaga higiene diri dan lingkungan, membiasakan makan dan minum yang bersih dan sehat, menghindari penggunaan jarum suntik berulang (untuk vaksinasi, tindik atau pemberian obat) dan menghindari kontak erat dengan penderita.
Kedua : dengan melakukan imunisasi. Sayangnya dari berbagai macam hepatitis virus, baru ditemukan vaksin untuk hapatitis A dan B saja. Untuk hepatitis A yang secara klinis ringan dan umumnya sembuh sempurna serta tidak menimbulkan hepatitis kronis, vaksinasi dilakukan pada anak usia diatas 2 tahun dan bersifat anjuran.
Pada hepatitis B karena beresiko menjadi kronis (menahun) dan menimbulkan sirosis hati, maka vaksinasi dilakukan sedini mungkin. Mempertimbangkan hal tsb pemerintah memberikan vaksinasi hepatitis B gratis pada seluruh anak, bersama dengan imunisasi wajib lainnya. Vaksinasi hepatitis B dapat dilakukan pada bayi baru lahir dan dilanjutkan pada usia 1 bulan serta 6 bulan (total pemberian vaksin adalah 3 kali.). Untuk anak yang belum mendapat vaksinasi haptitis B, segera dilakukan vaksinasi lengkap. Orang tua yang menyadari pentingnya kesehatan bagi anaknya, maka secara rutin dia akan mengunjungi dokter, bidan atau BKIA untuk mengimunisasi anaknya sesuai jadwal yang diberikan. Memang vaksin yang ada kebanyakan berupa suntikan dan ini membuat anak pasti menangis ketika divaksinasi. Tetapi lebih baik menangis dan rewel sesaat daripada menderita penyakit yang fatal atau penyakit yang menahun diderita seumur hidup anak. Ini perlu ditekankan kepada para ibu, sebab ada sebagian ibu yang tidak mengimunisasi anaknya hanya karena tidak tega anaknya disuntik hampir tiap bulan.

3 komentar:

  1. altenatif buat hepa b dmn ya dok,,,,,,hbsAg sy dah +/- 2000 nih,,,,dah bermacam2 ramuan sudah sy jalanin,,tp msh saja,,,,ada solusi pak dok?

    BalasHapus
  2. Malam dok,anak sy perempuan,sy sdh cek darah dan hasilny 160..bagimana solusinya dok

    BalasHapus
  3. Dok bgus nyaa sehari brapa kali sii minum sirop nyaa

    BalasHapus