Jumat, 27 Maret 2009

Imunisasi pada anak : apa, bagaimana dan mengapa ?



Nyonya Tamara adalah seorang ibu muda yang baru saja melahirkan bayinya. Ketika bayinya berusia 1 minggu, Ny Tamara membawa bayinya kontrol ke dokter anak di RS dekat rumahnya. Pada kesempatan kontrol itu, Ny.Tamara banyak bertanya perihal bayinya, termasuk masalah ASI atau makanannya, pemantauan tumbuh maupun kembangnya dan tak lupa menanyakan masalah imunisasi untuk sang buah hatinya itu. Ny. Tamara sebagai ibu muda yang baru mempunyai bayi, agak kaget ketika dokter merekomendasikan imunisasi yang akan diberikan pada anaknya tersebut. Boleh dikata kalau menuruti nasehat dokternya, maka Rafli, demikian nama anaknya, akan mendapat imunisasi nyaris tiap bulannya. Ini karena dokternya selain merekomendasikan imunisasi yang wajib, juga imunisasi yang sifatnya anjuran.
Kok sebanyak dan sesering itu, dok, demikian Ny Tamara bertanya. Dokter menjelaskan lebih lanjut sampai Ny Tamara mengerti. Akhirnya Ny Tamara faham mengapa Rafli terpaksa harus disuntikkan vaksin berulang kali dalam 1 tahun pertama kehidupannya. Mengenai imunisasi anjuran, dokter menyerahkan sepenuhnya kepada Ny. Tamara dan suami, apabila berkenan dan dananya ada silahkan saja. Tapi kalau imunisasi wajib, dokter anaknya tidak mau ditawar-tawar lagi. Namanya juga wajib ya harus dapat selengkap mungkin dan sesuai jadwal yang sudah ada. Ny Tamarapada akhirnya membulatkan tekad : anaknya harus dimunisasi selengkap mungkin dan menurut jadwal yang ada ketimbang anaknya mendapat penyakit fatal yang dapat meranggut nyawa anaknya. Amit-amit deh, kata Ny. Tamara membatin.

Imunisasi pada anak terutama pada 1 tahun pertama kehidupannya membuat seorang ibu harus ‘tega’ membawa anaknya ke dokter atau ke bidan untuk disuntikkan vaksin hampir setiap bulannya. Memang kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan, hanya vaksin polio yang tersedia dalam bentuk tetesan per oral. Seorang ibu ketika membawa anaknya untuk divaksin, sering dihinggapi kekhawatiran apakah anaknya akan demam atau rewel sesudah disuntikkan vaksin. Nyatanya hanya 1-2 vaksin saja yang dapat menyebabkan demam. Belum lagi para ibu sempat khawatir dengan kabar bahwa vaksinasi akan menyebabkan autisme.

Apa yang dimaksud dengan imunisasi dan apa bedanya dengan vaksinasi ?
Imunisasi arti sesungguhnya adalah pemindahan atau transfer antibodi (imunoglobulin) secara pasif. Sementara vaksinasi adalah pemberian vaksin atau antigen (kuman atau bagian kuman yang dilemahkan) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) di dalam tubuh. Vaksinasi diartikan juga sebagai imunisasi aktif. Tapi untuk kepentingan praktis sehari-hari dipakai istilah imunisasi untuk ke 2 hal tersebut tadi.

Kenapa anak harus diimunisasi ?
Anak harus dimunisasi karena imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seorang anak, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat dan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.. Keberhasilan imunisasi mampu menekan angka kejadian penyakit yang berbahaya (fatal) dan banyak mengenai anak seperti Difteri, Tetanus, Hepatisis B, Polio, Campak dsb. Boleh dikata sekarang ini semakin jarang kita mendengar anak dengan penyakit-penyakit tersebut.
Salah satu keberhasilan besar imunisasi di dunia adalah mampu mengenyahkan penyakit cacar dari muka bumi.

Ada berapa jenis vaksin yang sering dipakai ?
Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi wajib atau yang dianjurkan dibagi atas 4 golongan vaksin : vaksin hidup (live attenuated), vaksin yang tidak aktif (inactivated), vaksin toxoid dan vaksin rekombinan.
Vaksin hidup : berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat di lab dengan memodifikasi kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah vaksin polio dan MMR. Vaksin yang berisi bakteri hidup contohnya vaksin BCG, campak dan vaksin tifoid oral (vivotif).
Vaksin yang tidak aktif (inactivated) berisikan virus atau bakteri yang dibuat tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus ‘mati’ : vaksin influenza, rabies, hepatitis A, hepatitis B. Sementara vaksin yang mengandung bakteri ‘mati’ ; vaksin pertusis (batuk rejan), HiB, kolera dan meningokokus.
Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang dilemahkan, contohnya adalah vaksin untuk tetanus dan difteri.
Kemajuan iptek kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal sebagai vaksin rekombinan seperti vaksin hepatitis B, tifoid dan rotavirus.
Selain pembagian golongan vaksin berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada juga bisa dibagi atas vaksin tunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggal berisi hanya 1 antigen/kuman yang dilemahkan, misal vaksin hepatitis B, vaksin campak dsb. Sementara vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen/kuman yang dilemahkan, misal DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus. Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang lebih banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian vaksin dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus, contoh vaksin kombinasi seperti ini : vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B.

Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi ?
Ada 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi : status imun anak, faktor genetik anak dan kualitas maupun kuantitas vaksin.
Yang terkait dengan status imun anak : adanya antibodi yang diperoleh oleh ibu, adanya IgA pada kolustrum ASI yang mempengaruhi keefektifan vaksin polio, kematangan sistim imun neonatus (bayi
usia kurang 30 hari), anak dengan penyakit keganasan, penyakit defisiensi imun atau anak yang mendapat obat imunosupresan (obat penekan sistem kekebalan tubuh). Pada keaadaan terakhir, semuanya mengakibatkan tubuh tidak mampu membentuk antibodi yang dikehendaki, malah pemberian vaksin bisa memperberat penyakitnya.
Yang terkait dengan faktor genetik adalah kenyataan adanya respon seseorang yang baik, cukup atau rendah terhadap imunisasi yang diberikan.
Kualitas dan kuantitas vaksin terkait dengan cara pemberian vaksin, dosis, frekuensi, ajuvan (bahan tambahan) vaksin dan jenis vaksin itu sendiri (vaksin hidup umumnya lebih baik)

Bagaimana cara pemberian vaksin pada anak ?
Pemberian vaksin pada anak umumnya dengan penyuntikan dalam otot atau intramuskular ( spt pada DPT, TT, hepatitis), penyuntikan bawah kulit atau subkutan (spt campak, MMR), penyuntikan dalam kulit atau intrakutan seperti BCG, dengan diteteskan langsung ke mulut seperti vaksin polio oral dan terakhir ada vaksin yang ditelan seperti vaksin tifoid oral.
Tempat suntikan adalah pada bagian atas paha depan sebelah luar (anterolateral) untuk anak dibawah 12 bulan, tapi pada yang lebih besar dapat diberikan di daerah lengan atas (daerah deltoid).

Apa ada kontra indikasi imunisasi pada anak ?
Imunisasi merupakan kontra indikasi pada keadaan sebagai berikut : adanya reaksi anafilaksis (reaksi alergi yang berlebihan) karena vaksin atau bahan tambahannya, anak yang sakit sedang maupun berat dengan atau tanpa demam, anak dengan HIV poisitif dan penyakit penurunan kekebalan lainnya. Imunisasi juga kontra indikasi pada anak dengan gangguan imunologik, dalam pengobatan kortikosteroid atau mendapat obat imunosupresan.
Jadi pada anak yang hanya batuk pilek ringan dan anak tidak demam serta tidak rewel dapat saja diberikan imunisasi.

Ada anak yang habis dimunisasi lalu demam, apakah ini efek samping vaksin ?
Untuk berbagai keadaan yang terjadi setelah anak diberi vaksin digunakan isitilah KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Jadi yang paling sering adalah reaksi lokal pada bekas tempat suntikan seperti bengkak atau kemerahan, anak yang rewel dan demam. Apa yang terjadi itu merupakan evaluasi untuk vaksinasi berikutnya. Selain itu orang tua diberikan penerangan yang secukupnya tentang keadaan tersebut, misal pada anak yang demam sehabis diimunisasi maka anak harus segera diberikan penurun demam (anti piretik). Pada imunisasi berikutnya, jangan menunggu demam, anak langsung diberi penurun demam sehabis divaksin. Bila demamnya membuat anak sampai kejang deman, maka untuk berikutnya diberikan sediaan vaksin lain yang tidak menimbulkan demam pasca imunisasi.

Apa semua vaksin membuat anak demam ?
Tidak semua vaksin membuat anak demam. Vaskin yang sering membuat demam adalah vaksin DPT terutama karena komponen P atau pertusisnya. Vaksin yang lain jarang menimbulkan demam atau kalaupun ada demamnya ringan-ringan saja. Vaksin campak agak ‘lucu’ karena demamnya dapat timbul justru setelah 2 atau 3 hari penyuntikan. Untuk antispasi mencegah anak rewel karena demam dan meredakan kepanikan orang tua, dokter menganjurkan pemberian obat penurun panas segera sesudah anak disuntik. Jangan menunda pemberian obat penurun panas menunggu anak demam. Karena umumnya demam sampai 2 hari, maka obat panas diberikan paling tidak sampai 2 hari.
Kembali pada vaksin DPT yang sering menimbulkan demam, bila orang tua menghendaki anaknya tidak demam sehabis disuntik, maka tersedia pilihan vaksin DPT impor yang tidak atau jarang sekali menimbulkan demam (di Indonesia yang beredar Infanrix dan Tripacel). Sayang harganya mahal karena vaksin tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri, jadi harus diimpor.

Mengapa ada vaksin yang cukup diberikan 1 kali, tapi ada juga yang berkali-kali ? Ada yang diberikan sejak usia kurang 1 bulan, tapi ada juga yang setelah usia 9 bulan bahkan ada yang setelah usia 2 tahun, apa penjelasannya ?
Vaksin yang ada memang demikian. Jadi berdasar penelitian para ahli : ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup memberikan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru memberikan perlindungan yang memadai.
Pada anak dibawah 1 tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin tersebut ada yang diberikan lebih dari 1 kali seperti hepatitis B, DPT dan polio. Hal ini karena untuk penyakit tersebut, vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia 1 tahun memang terhitung banyak, karena pada usia 1 tahun anak harus mendapat semua imunisasi dasar. Sekarang sudah dibauat vaksin combo yang lebih praktis karena sekali suntik dapat untuk mencegah 4 sampai 5 penyakit (spt DPT +Hepatitis B).
Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai berikut : pada vaksin seperti hepatitis B dan polio diberikan sejak usia kurang dari 1 bulan, dikarenakan untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodinya. Tapi ada vaksin yang baru dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang lebih tua. Selain itu pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu seperti pada campak, sehingga vaksin campak diberikan mulai usia 9 bulan karena kadar antibodi dari ibu sudah mulai berkurang. Hal lain dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena demam tiphoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah usia anak 2 tahun.

Mengapa ada vaksin yang diwajibkan dan ada yang dianjurkan ?
Ini karena adanya rekomendasi para ahli dengan mempertimbangkan epidemiologi suatu penyakit di suatu negara atau wilayah. Vaksin yang diwajibkan adalah vaksin untuk mencegah penyakit berat tertentu pada anak yang sering terjadi di sebuah negara. Di Indonesia imunisasi wajib itu antara lain : BCG, DPT/DT/TT, polio, hepatitis B dan campak. Program pengembangan imunisasi di Indonesia menitik beratkan pada imunisasi tersebut yang diharapkan menjangkau seluruh anak di wilayah Indonesia, karenanya peran Puskesmas dan Posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia sangat penting.
Imunisasi anjuran adalah imunisasi yang dianjurkan untuk mencegah penyakit tertentu yang angka kejadiannya tidak terlalu sering atau tidak terlalu berbahaya seperti : HiB, MMR (measles, mumps, rubella), Hepatitis A, Tiphoid, Cacar air (varisela), Infuenza, Pneumokokus dsb. Umumnya vaksin yang dianjurkan semuanya produk impor atau lisensi produsen vaksin di luar negeri., karenanya vaksin-vaksin tersebut mempunyai merek dagang yang bermacam-macam. Untuk MMR nama dagangnya Trimovax dan MMR MSD, nama dagang HiB : Act Hib dan Hiberix, vaksin hepatistis A nama dagangnya Avaxim dan Havrix, nama dagang vaksin tiphoid : Typhi-Vi dan Typherix, nama dagang vaksin cacar air adalah Varilrix dan nama dagang vasksin pneumokokus adalah Prevenar.Karena semuanya produk impor harganya menjadi relatif mahal.

Hal-hal lain apa yang sebaiknya orang tua tahu tentang imunisasi ?
Beberapa hal yang sebaiknya diketahui para orang tua.

  • Jadwal vaksin bisa berubah-ubah sesuai rujukan masing-masing negara serta pertimbangan epidemiologi penyakit.
  • Imunisasi yang didapat sewaktu balita, harus diperkuat dengan imunisasi pada usia anak sekolah (terkenal dengan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS ).
  • Bayi atau anak yang sedang batuk-pilek boleh diimunisasi asal gejalanya ringan, anak tidak rewel dan tidak demam.
  • Anak yang mendapat pengobatan prednison, imunisasi ditunda setelah 1 bulan pengobatan.
  • Imunisasi bayi prematur ditunda sampai berat badannya mencapai 2 kg.
  • Pada anak yang diberi vaksin tetes polio, bisa langsung diberi ASI kecuali pada bayi usia kurang 1minggu. ASI diberikan 2 jam sebelum atau sesudahnya.
  • Anak yang sudah divaksinasi masih bisa mendapat penyakit tetepi gejalanya lebih ringan dan tanpa komplikasi.
  • Bayi yang memuntahkan vaksin polio tetes, berikan lagi kalau muntah sebelum 10 menit.
  • Tidak ada imunisasi yang ‘hangus’, kalau anak tidak teratur jadwal imunisasinya, maka segera harus dilengkapi tanpa perlu mengulang dari awal.
  • Anak dapat diberikan beberapa jenis vaksin sekaligus, asal dilakukan di tempat yang berbeda.
  • Anak yang alergi telur jangan diberikan vaksin influenza, karena pada vaksin tsb ada komponen telur di dalam isi vaksin sebgai ajuvan.
  • Sampai saat sekarang belum ada bukti bahwa imunisasi (khususnya MMR) menyebabkan autisme.

3 komentar:

  1. Makasih atas penjelasannya jd tambah ilmu....

    BalasHapus
  2. Makasih atas penjelasannya jd tambah ilmu....

    BalasHapus
  3. Keren dok artikelnya...slalu update dok...

    BalasHapus